WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Satu bulan setelah peristiwa penembakan yang menewaskan 17 orang di SMA Marjory Stoneman Doughlas, Parkland, Florida, Amerika Serikat, para murid sekolah di penjuru negeri Paman Sam keluar dari kelas dan turun ke jalan.
Dari Washington DC sampai ke Los Angeles, mereka tampak tak lelah menyerukan agar pemerintah dapat mencegah penembakan di sekolah.
"Kami ingin menunjukkan kepada Kongres dan politisi, kami tidak hanya berdiri saja, kami tidak akan diam lagi," kata seorang pelajar Brenna Levitan (17), yang ikut dalam aksi tersebut bersama ibunya.
"Parkland akan menjadi sekolah terakhir yang mengalami penembakan," tambahnya.
Baca juga : Pelaku Penembakan SMA di Florida Dituntut Hukuman Mati
Lebih dari 2.000 murid dan guru di AS melakukan aksi mogok nasional untuk mengakhiri kekerasan senjata di sekolah.
Sementara itu, di SMA Marjory Stoneman Douglas, ratusan murid dan karyawan sekolah keluar dari sekolah dan berkumpul di lapangan sepak bola.
Mereka melakukan hening sejenak untuk menghormati korban penembakan yang tewas. Kemudian, mereka bergabung dengan murid dari sekolah terdekat yang telah memenuhi jalanan.
Di Washington DC, beberapa jam setelah aksi massa bubar, anggota parlemen AS telah mengambil langkah penting untuk menangani kekerasan senjata.
DPR menyetujui untuk mendanai program pencegahan kekerasan di sekolah, termasuk meningkatkan keamanan, pemeriksaan kesehatan mental, dan membuat sistem pelaporan anonim sehingga murid dapat melaporkan keadaan terancam.
Namun, Kongres belum dapat mengatasi aspek kontrol senjata yang lebih ketat, seperti yang diminta oleh masyarakat setelah insiden penembakan di Parkland pada 14 Februari lalu.
Baca juga : Pelaku Penembakan Sekolah di Florida Dijerat 17 Dakwaan Pembunuhan
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.