Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menlu Rusia: Kami Tidak Bersalah

Kompas.com - 13/03/2018, 19:54 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Pemerintah Rusia menanggapi tudingan yang dilayangkan Inggris, bahwa mereka menjadi dalang serangan terhadap seorang mantan mata-mata.

Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov berkata, Rusia dengan tegas menyanggah bahwa mereka memberikan racun saraf jenis Novichok kepada Sergei Skripal dan putrinya.

Sebelumnya Senin (12/3/2018), Perdana Menteri Inggris Theresa May menuduh Rusia sengaja merencanakan pembunuhan terhadap Skripal dan Yulia.

May mengultimatum Rusia untuk memberikan penjelasan paling lambat hingga Selasa (13/3/2018) tengah malam nanti.

"Kami telah mendengar ultimatum yang dilayangkan London. Jawaban saya adalah kami tidak bersalah," tegas Lavrov seperti dilansir Russian Today.

Baca juga : Mengenal Novichok, Racun Saraf Terhebat yang Dibuat Rusia

Dia menjelaskan, Kremlin telah memanggil Duta Besar Inggris untuk Rusia, Laurie Bristow untuk menjelaskan apa yang diinginkan Inggris.

Lavrov menyatakan kalau Rusia bersedia untuk membantu pengusutan dugaan Skripal dan anaknya diserang menggunakan senjata kimia.

Dia berkata, Rusia secara resmi telah melayangkan permintaan sampel bahan kimia yang diduga Novichok kepada Inggris.

"Pakar kami bakal mengujinya sesuai Konvensi Senjata Kimia (CWC). Sejauh ini, permintaan kami ditolak," beber Lavrov.

Sementara Presiden Vladimir Putin memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan media atas tudingan May.

"Tolong, rangkai kembali isu ini dengan benar. Setelah itu, baru kami bersedia mendiskusikannya dengan Anda," kata Putin kepada BBC via AFP.

Sergei Kripal (kiri) dinyatakan bersalah karena menyerahkan identitas para agen intelijen Rusia yang sedang beroperasi di Eropa kepada Dinas Intelijen Rahasia Inggris, MI6. Foto kanan: Yulia Skripal, putri Sergei Skripal. (Getty Images via BBC Indonesia) Sergei Kripal (kiri) dinyatakan bersalah karena menyerahkan identitas para agen intelijen Rusia yang sedang beroperasi di Eropa kepada Dinas Intelijen Rahasia Inggris, MI6. Foto kanan: Yulia Skripal, putri Sergei Skripal. (Getty Images via BBC Indonesia)

Skripal dan anaknya ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri di sebuah bangku di Salisbury pekan lalu (4/3/2018).

Dalam temuan yang dipaparkan Laboratorium Teknologi dan Ilmu Pertahanan Porton Down, racun yang ditemukan di tubuh Skripal dan putrinya, Yulia, berjenis Novichok.

Novichok adalah racun saraf yang dikembangkan Uni Soviet pada dekade 1970-an silam. Racun ini diklaim lima kali lebih mematikan dibanding VX atau gas Sarin.

Skripal dicap pengkhianat karena selain dia membelot ke MI6, dinas rahasia Inggris, dia juga membeberkan nama-nama agen Rusia yang menyusup ke AS.

Baca juga : Racun Saraf Dipakai untuk Percobaan Pembunuhan Mantan Agen Ganda Rusia

Pada 2010, Rusia dan AS meneken kesepakatan pertukaran tawanan agen rahasia, di mana AS memberi 10 orang mata-mata yang mereka tangkap.

Dalam pidatonya di parlemen, May mengatakan kalau Rusia selama ini memiliki rekam jejak sebagai negara yang mengorkestrasi pembunuhan.

May menjelaskan, dari laporan intelijen, Rusia membidik Skripal sebagai target pembunuhan karena dianggap sebagai pengkhianat negara.

"Kami menyimpulkan, tinggi kemungkinannya Rusia bertanggung jawab atas serangan ke Sergei dan Yulia Skripal," tegas May.

Dia membeberkan, terdapat dua skenario mengapa Novichok sampai bisa ditemukan di tubuh Skripal dan anaknya.

Skenario pertama, Moskwa sendiri yang memerintahkan untuk melenyapkan Skripal. Kedua, ada orang dalam Kremlin yang memberikan racun kepada oknum tertentu.

May melanjutkan, dia sudah meminta Menteri Luar Negeri Boris Johnson untuk memanggil Duta Besar Rusia untuk Inggris, Alexander Yakovenko.

Jika sampai batas Selasa tengah malam Rusia tidak memberi penjelasan, maka May bakal mengambil kebijakan untuk membalas serangan tersebut.

Baca juga : Mantan Agen Ganda Rusia Kritis Setelah Terkena Zat Tak Dikenal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com