"Kami ingin menyuarakan masih ada media sosial lain yang tidak bisa mereka awasi dan sensor," ujar kelompok tersebut.
David Brophy, dosen Sejarah China di Universitas Sydney mengaku terkejut dengan geliat penolakan akan presiden yang sudah berkuasa selama dua periode tersebut.
"Pelajar itu merasa, lebih baik menyuarakan kritik lewat komunitas sendiri dari pada memberi tahu kepada dunia Barat," kata Brophy.
Masih Takut untuk Menyuarakan Pendapat
Meski kampanye penolakan terhadap Xi bergema di seluruh dunia, masih ada pelajar China yang takut untuk mengambil bagian.
Terdapat risiko jika para pelajar itu sampai ketahuan oleh Beijing, dan diberi label sebagai pembangkang.
Salah satunya adalah ancaman kesulitan mendapat pekerjaan yang dihadapi pelajar tersebut ketika mereka kembali ke China.
"Belum lagi ancaman dipenjara tanpa melalui proses hukum. Karena itu, banyak pelajar China lain yang memilih bungkam," ujar seorang pelajar yang namanya tidak ingin diketahui.
Pendapat yang sama juga disuarakan oleh Brophy. "Bagi siapapun yang berniat kembali ke China, mereka bisa dituduh aktif berpolitik di luar negeri," ujarnya.
Baca juga : Partai Komunis China Usul Penghapusan Batas Masa Jabatan Presiden
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.