Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Gandhi Menentang Monopoli Garam

Kompas.com - 12/03/2018, 13:58 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

KOMPAS.com - Pemimpin kemerdekaan India, Mohandas "Mahatma" Gandhi pada 12 Maret 1930 memulai perlawanannya terhadap monopoli penjualan garam yang diberlakukan pemerintah kolonial Inggris.

Untuk menunjukkan perlawanannya, Gandhi dan pengikutnya melakukan "long march" sejauh 387 kilometer dari tempat tinggalnya di Sabarmati Ashram di Gujarat menuju kota Dandi di pesisir Laut Arab.

Aksi ini dipicu pemberlakuan Undang-undang Garam yang melarang warga India mengumpulkan atau menjual garam, sebuah komoditas penting dalam makanan India.

Warga India kemudian dipaksa membeli garam dari Inggris yang pada gilirannya melakukan monopoli produksi, penjualan serta membebankan pajak garam yang amat tinggi.

Baca juga : Hari Ini dalam Sejarah: Mahatma Gandhi Tewas Dibunuh

Namun, rakyat India tak bisa berbuat apa-apa, meski miskin mereka terpaksa membeli garam yang mahal karena amat membutuhkannya.

Akhirnya, Gandhi memutuskan untuk menentang undang-undang baru ini yang nantinya akan menjadi cara sederhana warga India untuk melawan Inggris tanpa kekerasan.

Gandhi kemudian mengumumkan penentangannya terhadap kebijakan garam ini menjadi tema utama gerakan satyagraha atau perlawanan massal tanpa kekerasan.

Pada 12 Maret 1930, Gandhi berangkat bersama 79 orang pengikutnya menuju kota Dandi di pesisir Laut Arab. Nantinya, Gandhi berencana untuk menentang Inggris dengan cara membuat garam dari air laut.

Sepanjang perjalanan sejauh 387 kilometer itu ternyata makin banyak rakyat India yang mengikuti dia. Pada saat dia tiba di Dandi pada 5 April 1930, Gandhi sudah memimpin puluhan ribu orang.

Gandhi kemudian berpidato, memimpin doa, lalu keesokan paginya berjalan menuju ke laut untuk mulai membuat garam.

Dia berencana membuat garam di pantai tetapi polisi berusaha menggagalkan upaya itu dengan menghancurkan garam yang sudah jadi dengan membuang garam itu ke lumpur.

Baca juga : Surat Mahatma Gandhi tentang Yesus Dijual

Meski demikian, Gandhi tetap tak melawan dengan kekerasan. Dia mengambil garam yang dibuang itu dan dengan cara itu Gandhi menunjukkan perlawanannya.

Langkah Gandhi itu kemudian ditiru ribuan orang yang mengikutinya. Dan di kota-kota pesisir seoerti Mumbai dan Karachi para pejuang kemerdekaan India memimpin warga membuat garam.

Perlawanan tanpa kekerasan pecah di seluruh India dan dalam waktu singkat melibatkan jutaan warga negeri itu.

Alhasil, pemerintah kolonial menangkap lebih dari 60.000 orang. Gandhi sendiri ditangkap pada 5 Mei 1930, tetapi satyagraha terlanjur pecah dan terus berlanjut meski Gandhi dipenjara.

Pada 21 Mei 1930, penyair Sarojini Baidi memimpin 2.500 orang berjalan menuju tambang garam Dharasana sekitar 241 kilometer sebelah utara Mumbai.

Di tengah jalan beberapa ratus polisi mencegat rombongan itu dan memukuli warga yang sedang melakukan aksi damai.

Insiden itu direkam jurnalis AS Webb Miller yang kemudian memberitakannya. Kabar itu lalu memicu protes dunia internasional terhadap kebijakan Inggris di India.

Pada Januari 1931, Gandhi dibebaskan dari penjara. Dia kemudian bertemu dengan Lord Irwin, raja muda India.

Hasil pertemuan itu, Gandhi bersedia menghentikan satyagraha dengan imbalan peran negosiasi yang adil dalam konferensi untuk menentukan masa depan India yang digelar di London.

Pada Agustus, Gandhi berangkat ke konferensi itu sebagai satu-satunya perwakilan dari Kongres Nasional India.

Baca juga : Menelusuri Jejak Gandhi di Durban

Hasil pertemuan itu mengecewakan tetapi setidaknya Inggris sudah mengakui Gandhi sebagai sosok pemimpin yang tak bisa diabaikan atau ditekan.

Akhirnya India merdeka dari penjajahan Inggris pada Agustus 1947 tetapi kurang dari enam bulan kemudian Gandhi tewas dibunuh seorang anggota kelompok ekstremis Hindu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com