Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Ketidaktentuan Pemilu, Ketakutan, dan Kebencian di Malaysia

Kompas.com - 09/03/2018, 19:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Hari Raya Imlek telah datang dan berlalu. Pemilihan Umum (Pemilu) Malaysia ke-14 kemungkinan akan berlangsung pada akhir Maret 2018.

Umumnya di kebanyakan negara, Anda bisa membaca dari koran dan melihat dari TV untuk mengetahui sentimen opini publik terhadap agenda politik itu. Tetapi hal itu tidak akan Anda temukan di Malaysia.

Dengan segala bentuk pembatasan dalam berekspresi yang diterapkan Pemerintah Malaysia, termasuk dalam hal memerangi “berita palsu” atau haoks, mencoba untuk memahami apa yang dirasakan rakyat tidaklah mudah.

Bahkan media online pun terbungkam seiring dengan meningkatnya ancaman hukum. Dengan tidak adanya lembaga survei dan media yang netral, pengamat politik pun harus lebih jeli dalam melihat petunjuk atau tanda dari sisi-sisi yang tidak terduga.

Baca juga : Polri Akan Gelar Perkara untuk Tetapkan Nahkoda Kapal Equanimity Tersangka

Lihatlah atraksi elektronik yang rusak dari bendera Malaysia yang menghiasi gedung UMNO setinggi 40 lantai di Kuala Lumpur.

Pertujukan cahaya yang menyimpang dalam bendera Malaysia ?Jalur Gemilang? di Kantor Pusat UMNO.Ceritalah ASEAN Pertujukan cahaya yang menyimpang dalam bendera Malaysia ?Jalur Gemilang? di Kantor Pusat UMNO.
Terlepas dari adanya masalah teknis yang menyebabkan "Jalur Gemilang" terlihat seperti buku mewarnai anak-anak, pimpinan partai tampaknya tidak dapat diganggu untuk sekadar memperbaiki atau mengatur ulang tampilan layar LED itu.

Hal ini menunjukkan kepada saya bahwa para pemimpin UMNO yakin rakyat Malaysia benar-benar apatis, dan koalisi Barisan Nasional (BN) yang dipimpinnya memang ditakdirkan untuk menang.

Ketika markas dari partai yang berkuasa mengeluarkan pesan semacam itu, tidak mengherankan jika muncul pemikiran yang sama tentang “kecerobohan” dan “lepas tangan” yang masuk ke pikiran masyarakat Malaysia.

Tentu saja, Perdana Menteri sedang sibuk mempromosikan pemerintahannya sebaik mungkin.

Menariknya, saat harga pangan dalam negeri mengalami kenaikan yang mengejutkan secara berkala—dalam wawancaranya dengan BFM Radio, konglomerat retail Dr Ameer Mydin mengungkapkan bahan pokok sehari-hari yang naik tajam adalah ikan makarel India naik 19,5 persen, cabai cameron naik 29 persen, dan saus cabai Maggi naik 38,8 persen--namun Perdana Menteri memilih untuk menjelaskan tentang anggaran nasional melalui media sosial, dan dia memberikan nasihat untuk kalangan muda ihwal cara menggunakan uang yang baik.

Pada sesi yang sama ketika dirinya ditanya oleh moderator tentang berapa harga makanan di restoran murah 24 jam, Najib membual bahwa dirinya memakan quinoa, bukan nasi. Harga 250g quinoa sekitar 15 ringgit Malaysia atau sekitar 23 kali lebih mahal dari harga nasi.

Harga quinoa kira kira 23 kali lebih mahal daripada beras.Wikimedia Commons Harga quinoa kira kira 23 kali lebih mahal daripada beras.
Sementara PM sedang berusaha untuk menggaet generasi milenial, referensi “quinoa” justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri dalam menanggapi kekhawatiran masyarakat terkait tingginya biaya hidup.

Di sisi lain, seorang taipan gula hingga hotel keturunan China-Malaysia, Robert Kuok telah menerima berbagai macam penghinaan yang menggelikan--termasuk isu yang menyebutkan dirinya telah mendanai kelompok oposisi--yang berpuncak pada tantangan aneh bahwa peserta Pemilu yang berusia hampir 94 tahun harus mengikuti Pemilu Malaysia.

Sementara itu, sebuah kapal pesiar yang diduga terkait dengan skandal korupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB), baru-baru ini berhasil ditangkap oleh aparat hukum Indonesia. Kasus ini bahkan telah menjadi berita utama di semua media kecuali media mainstream di Malaysia.

Kita memang sedang hidup dalam sebuah era yang absurd.

Baca juga : Penyidik Dituduh Curi 1 Miliar Ringgit di Kapal Equanimity, Ini Kata Kabareskrim

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com