Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putin: Jika Rusia Binasa, Mengapa Dunia Harus Ada?

Kompas.com - 08/03/2018, 14:52 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan nuklir yang telah dikembangkan negaranya tidak sekadar barang untuk dipamerkan.

Ucapan tersebut disampaikan Putin dalam wawancara dengan televisi dokumenter Rusia The World Order 2018, seperti dilansir Russian Today Rabu (7/3/2018).

Sebelumnya, Putin mengumumkan kalau Rusia telah mengembangkan berbagai persenjataan nuklir yang canggih.

Antara lain misil yang bisa melaju hingga kecepatan hipersonik bernama Avangard, dan Sarmat, rudal balistik antar-benua (ICBM) berbobot 200 ton.

Putin mengatakan, dia tidak berharap bakal menggunakan senjata tersebut. Namun, sebuah tindakan harus dilakukan jika mereka diserang.

Baca juga : Putin Klaim Rusia Berhasil Luncurkan Rudal Balistik Supersonik

Keputusan penggunaannya bakal disahkan jika sistem peringatan misil Rusia bisa memberikan prediksi akurat lintasan, dan perkiraan rudal musuh jatuh di wilayah Rusia.

"Secara teori kami bakal menembakan nuklir sebagai bentuk pembalasan. Sebab, negara lawan dulu yang memulai provokasi," kata Putin.

Putin sadar, jika skenario itu benar-benar terjadi, maka konsekuensinya adalah dunia bakal menghadapi kehancuran.

"Namun, sebagai warga sekaligus kepala negara Rusia, saya harus menanyakan ke diri saya sendiri. Jika Rusia binasa, mengapa dunia harus ada?" jelas Putin.

Presiden kelahiran Saint Petersburg 65 tahun silam itu melanjutkan, pengembangan nuklir tidak dimaksudkan sebagai ajang perlombaan senjata dengan Amerika Serikat (AS).

Putin berkata, Washington-lah yang harus disalahkan karena mereka memulai perlombaan untuk menciptakan senjata.

"Sebagai catatan, bom nuklir pertama dibuat AS, bukan kami. Selain itu, kami tidak pernah menggunakan nuklir kami. Sementara AS sudah menjatuhkannya di Jepang," kata Putin.

Selain itu, kepada program NBC: Megyn Kelly Today, Putin mengungkapkan kalau perlombaan senjata dimulai sejak AS memutuskan untuk mundur dari Traktat Anti-rudal Balistik (ABM Treaty) di 13 Desember 2001.

AS, dilaporkan Russian Today, langsung menempatkan sistem pertahanan udara mereka di Romania, Polandia, serta membangun misil anti-jet tempur Patriot di Lithuania.

Wakil Menteri Pertahanan Rusia, Alexander Fomin, menjelaskan berdasarkan laporan yang dia terima, total AS telah membangun 400 sistem pertahanan di perbatasan Rusia.

Selain itu, Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov sempat mengungkapkan kekhawatirannya terhadap program latihan militer AS.

Lavrov menjelaskan, dia menerima laporan kalau AS tengah melatih sekutunya yang tidak mempunyai senjata nuklir, cara memakai senjata nuklir taktis AS.

"Tindakan mereka (AS) sudah bisa dianggap melanggar Traktat Non-Proliferasi (Penyebaran) Nuklir," ujar Lavrov.

Baca juga : Saat Putin Mengaku Tak Punya Ponsel..

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com