Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Korut Denuklirisasi, Permintaan Ini Bakal Sulit Dipenuhi AS

Kompas.com - 07/03/2018, 12:34 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber CNBC

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pemimpin delegasi Korea Selatan (Korsel) Chung Eui Yong berkata, Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un menyatakan siap untuk berdialog dengan Amerika Serikat (AS).

Chung melanjutkan, Kim bersedia untuk melakukan denuklirisasi karena itu merupakan permintaan terakhir ayahnya, Kim Jong Il.

Namun, seperti dilaporkan CNBC News Selasa (6/3/2018), Kim mengajukan syarat sebelum menyerahkan program nuklir mereka.

"Utara akan melakukannya (denuklirisasi) jika ancaman militer terhadap mereka dihilangkan, dan keselamatan mereka dijamin," kata Chung.

Kyle Ferrier, Direktur Institut Ekonomi Korea di Amerika berpendapat, secara spesifik Korut meminta AS menarik seluruh pasukan mereka dari Korsel.

Baca juga : Senyum dan Tawa Kim Jong Un Saat Menyambut Petinggi Korea Selatan

Permintaan tersebut, lanjut Ferrier, jelas bakal sulit dipenuhi oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.

"Dari apa yang saya perhatikan, Kim Jong Un tampaknya berusaha memakan kuenya sendirian," ulas Ferrier.

Adapun Analis Senior Asia dari lembaga Verisk Maplecroft, Miha Hribernik, pernyataan Kim merupakan "serangan halus" Korut selanjutnya.

Kim, ujar Hribernik dan Ferrier, seolah bersikap hangat dengan mengatakan bahwa dia mempunyai niat baik untuk menggelar perundingan dengan AS.

Hribernik melanjutkan, Kim berusaha agar sanksi maupun tekanan dunia yang diberikan kepada negaranya bisa diperlonggar.

"Perekonomian Korea Utara benar-benar terpukul. Kim berusaha menggunakan segala kartu terbaik yang dia punya," beber Hribernik.

Hribernik memperingatkan, segala dialog yang coba dibangun Korsel dan Korut bisa runtuh sewaktu-waktu jika Korut tidak mendapatkan konsesi yang mereka butuhkan.

Leonid Petrov, peneliti Korea di Universitas Nasional Australia kemudian mencontohkan kegagalan perundingan antara Korut dengan AS pada 1994.

Saat itu, Presiden Bill Clinton menjanjikan keamanan, kapal tanker berisi minyak mentah, dan pembangunan pabrik penyulingan air sebagai ganti denuklirisasi Korut.

Korut memang sempat menangguhkan program nuklirnya. Namun, AS nyatanya hanya menepati sebagaian janji-janjinya.

"Korut kemudian memutuskan melanjutkan program setelah Presiden George W Bush dianggap tidak menghormati kesepakatan," ulas Petrov.

Ferrier kemudian menambahkan, baik Washington maupun Seoul harus berhati-hati jika ingin mengajukan konsesi kepada Korut di meja perundingan.

"Korut dikenal mempunyai rekam jejak sering mengingkari berbagai kesepakatan yang terjadi di masa lalu," tutur Ferrier.

Baca juga : Korsel dan Korut Bakal Gelar Konferensi Tingkat Tinggi April

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com