Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/03/2018, 11:48 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber BBC,ABCNews

BUENOS AIRES, KOMPAS.com - Pemerintah Argentina mempertimbangkan kemungkinan mengadakan referendum legalisasi aborsi.

Lebih dari 70 anggota parlemen dari beberapa partai politik mengajukan rancangan undang-undang untuk melegalkan aborsi saat usia kehamilan mencapai 14 minggu pada Selasa (6/3/2018).

Sebagian anggota parlemen mengenakan sapu tangan hijau yang melambangkan gerakan hak aborsi.

"Ya, sedang dibahas," kata Kepala Kabinet Marcos Pena.

Secara pribadi, Presiden Argentina Mauricio Macro menentang relaksasi undang-undang aborsi, namun dia menyerahkan keputusan melalui pengambilan suara di Kongres.

Baca juga : MK Ketuk Palu, Larangan Aborsi di Cile Kini Melunak

Aborsi menjadi isu kontroversial di negara yang penduduknya mayoritas beragama Katolik.

Aborsi di Argentina hanya boleh dilakukan dalam kasus pemerkosaan, kehamilan yang mengancam kehidupan ibu, atau bila ada kelaina pada janin.

Perempuan yang ingin melakukan aborsi harus mengajukan permohonan kepada hakim untuk mendapatkan izin. Namun, dokter dan hakim terus mempersulit perizinan.

Di beberapa negara Amerika Latin, aborsi ilegal dalam situasi apapun.

Pada Agustus 2017, pengadilan konstitusional Chile menyetujui undang-undang untuk melunakkan larangan total aborsi.

Aborsi juga ilegal di Brasil, kecuali dalam keadaan darurat kesehatan atau kasus perkosaan.

Baca juga : MA India Tolak Permohonan Aborsi Bocah 10 Tahun Korban Perkosaan

Uruguay, yang berbatasan dengan Argentina, telah mengizinkan aborsi.

Beberapa negara mayoritas Katolik Roma, termasuk Honduras, ElSalvador, Nikaragua, Malta, Vatikan, dan Republik Domonika, melarang aborsi dalam segala situasi.

Irlandia juga akan mengadakan referendum mengenai perbaikan larangan aborsi pada Mei 2018.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber BBC,ABCNews
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com