Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berlindung dari Serangan Udara, Warga Ghouta Timur Gali Ruang Bawah Tanah

Kompas.com - 01/03/2018, 14:20 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

GHOUTA TIMUR, KOMPAS.com - Serangan udara yang terus membombardir kawasan Ghouta Timur di Suriah membuat bangunan rumah dan tempat tinggal rata dengan tanah.

Ratusan ribu warga yang terjebak terpaksa membuat tempat perlindungan dengan menggali ruang bawah tanah.

Melansir dari Al Araby, hingga 380.000 warga sipil masih terjebak di wilayah kantong gerilyawan di Ghouta Timur. Mereka tidak dapat melarikan diri karena serangan udara yang tanpa henti.

Baca juga: Sekjen PBB Desak Pelaksanaan Resolusi Gencatan Senjata di Suriah

Tak hanya menghancurkan bangunan tempat tinggal warga, serangan yang dilancarkan pasukan rezim Suriah bersama sekutunya, Rusia, juga menargetkan rumah sakit dan fasilitas kesehatan. Meninggalkan warga yang terluka tanpa akses perawatan kesehatan yang memadai.

Dalam sejumlah foto yang diperoleh Al Araby, tampak warga yang bersusah payah membuat lubang perlindungan. Mereka kebanyakan adalah warga yang sejak awal tidak memiliki ruang perlindungan bawah tanah.

Warga membuat lubang perlindungan menggunakan alat seadanya.QUSAY NOOR/THE NEW ARAB Warga membuat lubang perlindungan menggunakan alat seadanya.
Ribuan warga, termasuk wanita dan anak-anak diperkirakan hidup di dalam jaringan terowongan yang saling terhubung di bawah kota. Mereka bertahan tanpa sinar matahari dan ventilasi.

Sementara lainnya menempati tempat penampungan yang ada dan berharap dapat terhindar dari serangan udara yang dilancarkan pasukan rezim Suriah.

Blokade telah diberlakukan pada wilayah Ghouta Timur sejak lima minggu terakhir.

Rangkaian serangan yang dilancarkan pasukan pendukung Assad bersama sekutunya pada sepekan terakhir menjadi situasi paling buruk selama tujuh tahun perang di Suriah.

Banyak anak-anak turut tinggal di ruang bawah tanah, menghindari serangan udara.QUSAY NOOR/THE NEW ARAB Banyak anak-anak turut tinggal di ruang bawah tanah, menghindari serangan udara.
Dilaporkan Badan Pengawas Suriah untuk Hak Asasi Manusia, telah lebih dari 500 warga sipil menjadi korban tewas dan ribuan lainnya luka-luka.

Bahkan, muncul dugaan rezim Suriah telah melakukan serangan kimia ke wilayah Ghouta Timur, menyebabkan seorang anak tewas karena terpapar klorin.

Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi gencatan senjata selama 30 hari di kawasan konflik di Suriah pada Sabtu (24/2/2018). Namun Rusia, yang menjadi sekutu rezim Assad, hanya memberikan jeda perdamaian selama lima jam setiap harinya sejak Selasa (27/2/2018).

Baca juga: Putin Perintahkan Jeda Serangan ke Ghouta Timur selama Lima Jam Setiap Hari

Kendati tetap ada laporan serangan yang dilancarkan rezim dan juga kelompok gerilyawan, adanya seruan gencatan senjata memberi harapan pada warga sipil di wilayah konflik.

Gencatan senjata sangat dibutuhkan, selain memberi kesempatan kepada warga sipil untuk meninggalkan wilayah konflik dengan aman, juga memberi ruang bagi bantuan kemanusiaan untuk dapat menjangkau daerah-daerah yang terkepung yang kekurangan pasokan seperti makanan dan obat-obatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com