Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sukses Belanda Jadi Eksportir Makanan Terbesar Kedua di Dunia

Kompas.com - 01/03/2018, 12:00 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Jika dilihat dari udara, Belanda tak terlihat sebagai sebuah negara utama dalam hal produksi makanan di dunia.

Dari udara hanya terlihat hamparan lahan-lahan pertanian kecil untuk ukuran agribisnis berada di celah-celah antara kota-kota yang sibuk.

Meski demikian, lebih dari separuh wilayah Belanda digunakan untuk pertanian atau hortikultura.

Di banyak kawasan pedesaan mudah ditemukan "ladang-ladang cermin" yang menangkap sinar matahari. Itu adalah kompleks-kompleks rumah kaca yang beberapa di antaranya bisa mencapai luas hingga 70 hektare.

Baca juga : Ada IORA, Ekspor Makanan Minuman Diestimasi Lewati Target

Pertanian dengan pengendalian cuaca seperti inilah yang membuat Belanda yang jaraknya hanya beberapa ribu kilometer dari Lingkar Kutub, bisa menjadi eksportir tomat terbesar di dunia.

Padahal, tomat adalah tanaman yang membutuhkan banyak sinar matahari dan cuaca hangat agar bisa tumbuh dengan baik.

Belanda juga merupakan negara utama pengekspor tomat dan bawang. Serta jika dilihat dari nilai jualnya, Belanda adalah pengekspor sayuran terbesar kedua di dunia.

Selain itu, kini lebih dari sepertiga benih sayuran yang diperdagangkan di seluruh dunia, berasal dari Belanda.

Otak di balik kesuksesan Belanda ini berada di Universitas dan Pusat Riset Wageningen (WUR) yang berjarak 80 kilometer sebelah tenggara Amsterdam.

WUR, yang dikenal sebagai lembaga riset pertanian terbaik di dunia. menjadi pusat dari Lembah Makanan, sebuah kluster besar start-up teknologi dan pertanian eksperimental.

Ernst van den Ende, direktur pelaksana Kelompok Sains Tanaman WUR, adalah pakar patologi tanaman yang amat dihormati di dunia.

"Saya bukan sekadar dekan sebuah fakultas. Separuh diri saya mengerjakan sains, sisanya mengawasi sembilan unit bisnis tepisah," kata dia.

"Hanya pendekatan sains yang bisa digabungkan dengan pendekatan pemasaran yang dapat mengatasi tantangan di masa depan," tambah dia.

Apa tantangannya? Ernst van der Ende mengatakan, dalam empat dekade ke depan dunia harus memproduksi lebih banyak makanan.

"Secara total harus lebih banyak dari yang pernah ditanam seluruh petani selama 8.000 tahun terakhir," kata dia menegaskan.

Sebanya, lanjut dia, pada 2050 Bumi akan dihuni lebih dari 10 miliar manusia naik pesat dari jumlah saat ini yang sudah mencapai 7,5 miliar.

Jika sektor pertanian tak bisa bertumbuh dengan masif, ditambah dengan semakin berkurangnya cadangan air dan bahan bakar fosil, maka lebih dari 1 miliar manusia akan terancam kelaparan.

Kelaparan akan menjadi masalah utama dunia di abad ke-21 dan kawasan Food Valley yang memandang jauh ke depan ini yakin telah menemukan solusi inovatifnya.

"Sarana yang dibutuhkan untuk menghadapi ancaman kelaparan masif sudah dalam jangkauan," kata Van den Ende.

Baca juga : Jokowi Bertekad Indonesia Akan Ekspor Pangan

Optimismenya ini didasarkan pada hasil dari lebih dari 1.000 proyek WUR di lebih dari 140 negara di dunia.

Selain itu WUR juga melakukan kerja sama resmi dengan pemerintah dan universitas di enam negara untuk berbagi ilmu dan menerapkan teknologi pertanian ini. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com