Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Afghanistan Tawarkan Perdamaian kepada Taliban Lewat Ini

Kompas.com - 28/02/2018, 20:39 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

KABUL, KOMPAS.com - Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani mengemukakan sebuah gagasan untuk merundingkan perdamaian dengan kelompok Taliban.

Gagasan tersebut diucapkannya dalam pidato pada pertemuan regional di Kabul Rabu (28/2/2018), seperti dilansir BBC Indonesia.

Ghani menawarkan sebuah gencatan senjata. Salah satunya, Taliban bakal diakui sebagai partai politik, dan diizinkan mengikuti pemilu Afghanistan.

"Sekarang, pilihan ada di tangan Anda (Taliban). Terima tawaran damai kami, dan biarkanlah stabilitas mengalir di negara ini," kata Ghani.

Sebagai imbalannya, Taliban harus mengakui secara resmi pemerintah dan konstitusi Afghanistan, yang selama ini selalu menjadi ganjalan perundingan damai di antara kedua belah pihak.

Baca juga : Serangkaian Serangan Taliban di Afghanistan, 23 Orang Tewas

Senin (26/2/2018), Taliban menyatakan, mereka siap berunding secara langsung dengan Amerika Serikat (AS) untuk mencari solusi atas konflik yang telah berlangsung lebih dari 16 tahun itu.

Namun, Washington meminta agar Taliban menyertakan pemerintahan Ghani sebagai syarat agar perdamaian bisa terwujud.

Hanya Ingin Berunding dengan AS?
Wartawan Pakistan sekaligus pakar Taliban, Rahimullah Yusufzai, berkata kalau para pemimpin Taliban hanya ingin bernegosiasi dengan AS.

Namun di bawahnya, para anggota lebih fleksibel jika Taliban harus menggelar perundingan dengan pemerintah Afghanistan.

"Ada orang-orang di internal Taliban yang meyakini, cepat atau lambat mereka harus berdialog dengan Afghanistan," kata Yusufzai kepada AFP.

Yusufzai menjelaskan, sebagian besar korban tewas dari Taliban terjadi akibat serangan yang dilakukan militer AS, baik melalui darat dan udara.

Hal itulah yang membuat Taliban lebih memprioritaskan perundingan dengan Negeri "Paman Sam" dibandingkan dengan Afghanistan.

Meski begitu, Yusufzai yakin kalau perlawanan Taliban bakal terus terjadi. Sebab, mereka mendapat kemampuan untuk melakukannya.

Selama 1996-2001, Taliban dilaporkan menguasai 75 persen Afghanistan sebelum ditumbangkan pasukan koalisi internasional pimpinan AS.

Baca juga : Taliban Ingin Mengakhiri Perang dengan Dialog Damai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com