PYEONGCHANG, KOMPAS.com - Perhelatan Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang telah berakhir sejak pesta penutupan Minggu (25/2/2018).
Dalam daftar 28 besar negara peraih medali, tidak ada nama Korea Utara (Korut) di dalamnya.
Namun, sejumlah pakar hubungan internasional menyebut Korut telah mendapat medali emas dalam hal diplomasi.
Profesor Universitas Studi Korea Utara, Koo Kab Woo, menyebut sejak awal negara pimpinan Kim Jong Un itu tidak mengincar medali.
"Kedatangan mereka lebih kepada usaha penciptaan citra," ujar Koo dilansir kantor berita AFP Senin (26/2/2018).
Baca juga : Kim Jong Un Undang Presiden Korsel ke Korut
Koo menjelaskan, Korut ingin dunia melihat mereka bukan negara perusuh dan layak menerima sanksi internasional.
Sebelumnya, Korut melakukan dua uji coba senjata di sepanjang 2017. Yakni bom hidrogen (3/9/2017), dan rudal balistik antar-benua Hwasong-15 (29/11/2018).
Program senjata yang dilakukan negara komunis itu membuat mereka menerima berbagai macam sanksi dari Dewan Keamanan PBB.
Andrei Lankov, Guru Besar Universitas Kookmin menyebut tokoh utama strategi diplomasi Korut adalah Kim Yo Jong yang notabene adalah adik kandung Kim.
Kedatangan perempuan yang diyakini berusia 30 tahun itu merupakan kali pertama dari keluarga penguasa Korut sejak Perang Korea pecah 1950-1953.
"Dia adalah sosok yang tepat untuk menyampaikan pesan diplomasi tersebut. Kim Yo Jong menjalankannya dengan baik," ujar Lankov.
Lankov melanjutkan, selama pertemuannya dengan Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae In, Kim tidak henti-hentinya tersenyum.
Menurut Lankov, Kim telah memberikan kesan bagus bagi Korsel, di mana hal tersebut sesuai dengan yang diinginkan Pyongyang.
"Mereka (Korut) diplomat yang sangat brilian, rasional, cukup sinis, penganut Machiavelli, dan sangat sukses menjalankan peran," ujar Lankov.
Baca juga : AS Bakal Berikan Paket Sanksi Baru ke Korea Utara
Namun, Lankov berkata meski Korut memberi kesan bagus, mereka tidak serta merta bakal lepas dari sanksi internasional.
Sebab, masalah yang dihadapi Korut kini bukan Korsel, melainkan dengan Amerika Serikat (AS).
Dalam pertemuan antara Moon dengan jenderal Korut Kim Yong Chol, Korut mengisyaratkan ingin berdialog dengan AS.
Namun, mereka meminta agar dialog dilaksanakan dalam kondisi prasyarat. Sementara AS ingin Korut mendeklarasikan pelucutan program nuklirnya.
Sebuah permintaan yang tidak bisa dituruti Korut, mengingat mereka telah menyatakan program nuklirnya sebagai "harta yang paling berharga".
"Pembicaraan apapun yang dilakukan Korut dan Korsel tidak akan mengubah kenyataan secara signifikan," beber Lankov.
Adapun Koo berkata, selepas Paralimpiade yang bakal berakhir Maret, Korsel dan AS bakal menggelar latihan gabungan yang diperkirakan awal April.
"Isu utamanya adalah, apa yang bakal terjadi selepas perhelatan Olimpiade dan Paralimpiade Pyeongchang?" tanya Koo.
Baca juga : Ketika AS dan Korut Duduk Bersama di Pembukaan Olimpiade
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.