LONDON, KOMPAS.com - Amnesti Internasional (AI) merilis laporan para pemimpin dunia yang dianggap sebagai ancaman bagi HAM di seluruh dunia.
Antara lain Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dianggap sebagai pemimpin kontroversial.
Dilaporkan The Telegraph Kamis (22/2/2018), AI menganggap kebijakan mereka telah memundurkan dunia ke era di mana perjuangan meraih HAM sangatlah sulit.
"Hantu bernama kebencian dan ketakutan kini telah menghinggapi seluruh dunia," ujar Direktur Eksekutif AI, Shalil Shetty.
Menurut Shetty, para pemimpin dunia tersebut telah sering memberikan komentar yang kontroversial.
Baca juga : Duterte: Pakai Kondom seperti Makan Permen dengan Bungkusnya
Sebut saja Duterte. Mantan Wali Kota Davao itu baru-baru ini menyebut kalau berhubungan seks dengan kondom mengurangi kenikmatan.
Dia mengandaikan kondom dengan permen. "Coba saja makan permen dengan bungkusnya. Itulah kondom," ujar Duterte saat itu.
Adapun Trump juga dikritik karena tidak bersimpati dengan korban penembakan massal SMA Marjory Stoneman Douglas di Florida (14/2/2018).
Presiden 71 tahun itu memilih menyalahkan Biro Investigasi Federal (FBI) yang dianggap lebih sibuk menyelidiki dugaan keterlibatan Rusia dalam kampanyenya di pilpres 2016.
Trump juga menggelar keputusan kontroversial ketika memutuskan mencekal tujuh negara yang dianggap sarang kelompok radikal pada awal dia menjabat.
Selain itu, dikutip dari CNN, Shetty menyebut kalau para pemimpin dunia itu gagal menghentikan kekerasan yang dilakukan Myanmar terhadap Rohingya.
Sejak operasi militer dilakukan pada 25 Agustus 2017, sebanyak 700.000 orang Rohingya mengungsi di Bangladesh, dan tanah tak bertuan di perbatasan dua negara.
Shetty melanjutkan, Amnesti Internasional juga menyoroti sikap para pemimpin itu ketika berhadapan dengan media massa.
Trump kembali menjadi contoh. Shetty berujar, Trump sering menggunakan kata "fake news (berita bohong)" terhadap kabar yang dianggap menjatuhkan citranya.
Di China, pemerintahan Xi Jinping juga mengontrol internet serta media sosial, dan mengawasi dengan ketat praktek keagamaan.
Lembaga yang berbasis di Inggris itu menyatakan, pada 2018, sangat mungkin orang-orang tidak akan bisa lagi bebas mengkritik pemerintah.
"Menyuarakan sepatah kata saja bakal menjadi kondisi yang berbahaya ke depannya," beber Shetty.
Selain Trump, Putin, Duterte dan Jinping, nama lain yang dianggap menjadi ancaman HAM antara lain Abdel Fattah al-Sisi (Mesir), dan Nicolas Maduro (Venezuela).
Baca juga : Ketika Tweet Trump Pancing Amarah Korban Penembakan Massal Florida
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.