Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Pembunuhan Malcolm X

Kompas.com - 21/02/2018, 12:19 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Perkenalannya dengan Elijah Muhammad memberi pengaruh besar bagi Malcolm, yang kemudian memeluk Islam dan mengganti nama belakangnya dengan "X".

Mengapa demikian? Dia menyebut nama keluarganya "Little" menunjukkan bahwa dia merupakan budak bangsa kulit putih dan leluhur ayahnya dipaksa menggunakan nama itu.

Malcolm menyebut huruf "X" di belakang namanya melambangkan identitasnya sebagai bangsa Afrika yang dihilangkan dengan paksa.

Setelah menjalani hukuman selama enam tahun, Malcolm dibebaskan dan menjadi anggota yang loyal bagi Nation of Islam di Harlem, New York.

Baca juga : Hari Ini dalam Sejarah: Pembunuhan Martin Luther King Jr

Berbeda dengan tokoh pejuang hak sipil kulit hitam lainnya seperti Martin Luther King Jr, Malcolm mendorong warga kulit hitam untuk membela diri dan membebaskan seluruh bangsa Afrika-Amerika dengan cara apapun.

Dengan kemampuan mengolah kata dan berpidatonya yang nyaris tak ada duanya, Malcolm X sangat dihormati dan dikagumi komunitas Afrika-Amerika tak hanya di New York, tetapi juga di seluruh Amerika Serikat.

Pada awal 1960-an, Malcolm mulai mengembangkan sebuah filosofi yang lebih blak-blakan dibanding yang digunakan Elijah Muhammad, sang mentor.

Menurut Malcolm, Elijah dianggap tak cukup mendukung gerakan perjuangan hak-hak sipil bangsa Afrika-Amerika.

Pada akhir 1963, Malcolm menyebut Presiden John F Kennedy dibunuh karena perbuatan dan perkataannya sendiri.

Pernyataan ini membuat Elijah Muhammad menilai, Malcolm sudah terlalu kuat dan setiap saat bisa menyingkirkannya dari pucuk pimpinan Nation of Islam.

Apalagi, sebagai pemimpin Nation of Islam, Elijah Muhammad sudah melarang pengikutnya untuk mengomentari pembunuhan Kennedy.

Beberapa bulan kemudian, Malcolm secara resmi keluar dari organisasi itu dan disusul dengan langkahnya menunaikan ibadah haji ke Mekkah.

Di Tanah Suci, Malcolm sangat terpukau bagaimana umat Muslim sedunia bisa bersatu tanpa dipengaruhi hal-hal berbau rasial.

Sepulangnya dari menunaikan ibadah haji dan sudah mengganti namanya menjadi Malik El-Shabazz, dia mendirikan Organisasi Persatuan Afrika-Amerika pada Juni 1964.

Organisasi ini memperjuangkan identitas bangsa Afro-Amerika dan menegaskan bahwa rasialisme, bukan bangsa kulit putih, yang menjadi musuh terbesar bangsa Afrika-Amerika.

Gerakan yang mengusung ideologi baru ini langsung mendapatkan banyak simpati dan filosofinya yang lebih moderat langsung memengaruhi gerakan perjuangan hak-hak sipil.

Filosofi yang diusung Malcolm X ini banyak memengaruhi terutama para pemimpian Komite Kordinasi Mahasiswa Anti-kekerasan.

Pada 1964, Malcolm X kembali mengunjungi Afrika. Dalam perjalanannya itu Malcolm bertemu para petinggi, memberikan wawancara, serta berbicara di radio dan televisi.

Baca juga : Hidden Figures, Tiga Perempuan Kulit Hitam Melawan Diskriminasi

Dia berkunjung ke beberapa negara seperti Mesir, Ethiopia, Tanganyika (sekarang Tanzania), Nigeria, Ghana, Guinea, Sudan, Senegal, Liberia, Aljazair, dan Maroko.

Pada 23 November 1964, dalam perjalanan pulang ke AS, Malcolm singgah di Paris, kemudian mampir ke London, dan pada 3 Desember terlibat dalam sebuah debat di Oxford.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com