Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Sinetron Turki Menjadi Favorit Rakyat Somalia

Kompas.com - 20/02/2018, 17:45 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber Al Jazeera

MOGADISHU, KOMPAS.com - Dulu Hollywood, lalu bergeser ke Bollywood. Dan kini Yesilcam, film Turki, mulai menjadi favorit warga Somalia.

Opera-opera sabun Turki kini amat populer di Somalia sehingga banyak orang membuat bioskop darurat untuk nobar "sinetron" Turki.

Beberapa warga bahkan mendapatkan pendapatan tambahan dari menerjemahkan film-film Turki sebelum ditayangkan di Somalia.

Kini, setiap malam sebagian besar warga Somalia akan berkumpul di depan televisi untuk menyaksikan akting para aktor dan aktris dari negerinya Recep Tayyip Erdogan.

Baca juga : Mantan Presiden Somalia Dapat Pensiun Rp 532 Juta Sebulan

Anisa Ali (29), ibu dua anak ini bersama teman-temannya asyik menonton drama detektif Kara Para Ask yang menampilkan karakter Omer Demir dan Elif Denizer.

Anisa begitu tenggelam dalam film tersebut dan terlihat gemas mengikuti kisah Omer Demir, karakter favoritnya.

Di layar kaca terlihat Demir tengah menikmati pesta pertunangannya ketika ibu mantan tunangannya, yang meninggal secara misterius, datang dan melabrak.

"Kisah film ini penuh emosi dan kejutan. Saat menonton kami seperti menjadi bagian dari kisahnya. Kami bahkan berteriak agar karakter di film melakukan sesuatu," kata Anisa kepada Al Jazeera.

Industri film Turki mulai mendapat tempat setelah negeri itu memperbarui hubungan diplomatik dengan Somalia pada 2011.

Hubungan kedua negara tumbuh di saat bencana kelaparan melanda Somalia dan menewaskan lebih dari 250.000 warga negeri itu.

Saat itu, Turki menunjukkan perhatian dan menyediakan bantuan kemanusiaan,  membangun sekolah, rumah sakit, jaringan jalan, serta menanamkan investasi di Somalia.

Baca juga : Jasa Aamin Ambulance, Ambulan Gratis di Wilayah Konflik Somalia

Salah satu bentuk investasi itu adalah film-film Turki sebagai salah satu cara halus Ankara menanamkan pengaruhnya di kawasan Tanduk Afrika.

Dan, berkat jasa para penerjemah dan pengisi sulih suara, warga Somalia tak kesulitan mengikuti kisah-kisah drama dari Turki itu.

Warga Somalia lebih menyukai drama-drama Turki ketimbang film Hollywood dan Bollywood karena sinteron Turki bisa ditayangkan berbulan-bulan sehingga menyediakan hiburan setiap hari.

Para aktor dan aktris Turki juga sebagian besar memeluk agama Islam, sehingga warga Somalia bisa mengaitkan banyak kisah film dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Sementara, warga Somalia menganggap film Hollywood tak menawarkan sesuatu selain kekerasan yang dibumbui adegan panas.

Sedangkan film Bollywood dianggap hanya menawarkan para aktor tampan dan aktris cantik menari dengan gaya yang provokatif.

Baca juga : Model Wanita Muslim Berhijab asal Somalia Tampil Perdana di New York

Fanproj, sebuah rumah produksi di Somalia, sudah terlibat dalam sulih suara drama Kara Para Ask selama satu tahun.

Film itu merupakan salah satu proyek paling sukses dan rumah produksi tersebut berniat mempertahankannya.

"Kini fokus utama kami adalah film Turki," kata Mohamed Abdulqadir, seorang dubber sekaligus penerjemah.

"Rakyat Somalia menyuaki film Turki dan lebih tertarik lagi jika dialog sudah disulih suara dalam bahasa Somalia. Tugas kami adalah menerjemahka n untuk mereka," tambah Abdulqadir.

Namun, tak semua orang senang dengan demam film Turki di Somalia.

"Sebagai pria, tugas kami adalah di luar rumah, sementara para perempuan melakukan pekerjaan rumah dan menjaga anak-anak," kata Abdi Qadir Sheikh (29), bapak dua anak.

"Kini para istri menghabiskan banyak waktu menonton drama semacam ini, mengabaikan suami mereka yang butuh perhatian setelah seharian lelah bekerja," tambah dia.

"Mereka juga lupa mengurus anak karena sibuk menonton film. Mereka tak punya waktu lagi menyediakan susu dan makanan untuk anak-anak," lanjut dia.

Para tokoh agama setempat juga mengeluhkan sejumlah konten yang lolos sensor yang dikhawatirkan merusak budaya Somalia.

Seorang tokoh agama, Sheikh Aadan Moallim menginginkan film-film Turki dilarang peredarannya karena berpotensi merusak keluarga.

"Perempuan jadi belajar bagaimana berbohong, menipu, dan mereka bertemu orang-orang jahat. Itu tak sesuai dengan keyakinan kami," ujar Aadan.

"Film-film Turki berpotensi menyesatkan warga Somalia dan menyebabkan perpecahan rumah tangga. Ada banyak perempuan yang hingga tengah malam menonton film dan mengabaikan suami mereka," tambah dia.

Baca juga : Pegawai Negeri New York Terpilih Menjadi Presiden Somalia

Film Turki yang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga Somalia di dalam dan luar negeri kini membuat warga terpolarisasi.

"Kami membiarkan para pria menonton sepak bola, sehingga mereka juga harus mengizinkan kami menonton film," ujar Anisa.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com