Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Myanmar Diduga Hancurkan Kuburan Massal Rohingya

Kompas.com - 20/02/2018, 16:15 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Pemerintah Myanmar dilaporkan telah meratakan kuburan massal berisi etnis Rohingya menggunakan buldoser Kamis pekan lalu (15/2/2018).

The Guardian memberitakan Senin (19/2/2018), kabar itu diungkapkan oleh Arakan Project, dan juga reportase yang dilakukan Associated Press serta Reuters.

Chris Lewa, Direktur Arakan Project berkata, kuburan massal itu terletak di Desa Maung Nu, kota Buthidaung, utara Rakhine.

Lewa berkata, kuburan massal itu berisi puluhan jenazah orang Rohingya yang dieksekusi militer Myanmar pada 27 Agustus 2017.

Saat itu, serdadu Myanmar dilaporkan menyerang dan memperkosa para penduduk Maung Nu yang tengah berkumpul untuk berlindung di sebuah bangunan.

Baca juga : Myanmar Siap Terima Kembali Pengungsi Muslim Rohingya dari Bangladesh

Awalnya, beber Lewa, ada dua kuburan massal di sana. Namun, sejak pekan lalu, tempat yang diduga menjadi kuburan massal itu telah di-buldoser.

Kegiatan perataan ini dilakukan oleh perusahaan swasta yang datang dari kawasan tengah Myanmar. Lewa menduga bahwa mereka sudah dipesan oleh pemerintah pusat.

"Tindakan perataan ini membuktikan bahwa Myanmar berusaha menghancurkan bukti kalau mereka telah adanya pembantaian," kata Lewa.

Wakil Direktur Human Right Watch (HRW) di Asia, Phil Robertson, mengaku sudah mendengar kabar tersebut.

"Kami khawatir perataan itu merupakan bagian dari usaha pemerintah untuk menyembunyikan kekejaman dari otoritas keamanan mereka," ujar Robertson.

Sementara pemerintah yang diwakili juru bicara Zaw Htay membantah kalau negara pimpinan Aung San Suu Kyi telah meratakan kuburan massal tersebut.

Tidak hanya itu, Htay juga menolak ketika disodorkan dengan kata "Rohingya". Dia meminta media untuk menggunakan "Bengalis", atau migran ilegal dari Bangladesh.

"Tolong perlihatkan bukti paling kuat bahwa kami meratakan tempat yang diduga berisi kuburan massal mereka. Jangan berlandaskan cerita dari para Bengalis," ujar Htay.

Dia melanjutkan, pemerintah sedang berusaha untuk membangun kembali perkampungan sebagai tempat tinggal baru bagi Rohingya.

Organisasi Dokter Lintas Batas (MSF) memaparkan, 6.700 orang Rohingya tewas pada sebulan pertama sejak militer melaksanakan operasi 25 Agustus 2017.

"730 di antara 6.700 korban yang tewas adalah anak-anak dengan usia di bawah lima tahun," ujar MSF dalam keterangan resminya.

Adapun sekitar 700.000 orang memilih melarikan diri dari Rakhine, dan mengungsi di kamp penampungan di Bangladesh.

Baca juga : Buldoser Hancurkan Desa-desa Warga Etnis Rohingya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com