Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/02/2018, 10:19 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber ABC News


NEW YORK, KOMPAS.com - Sekolah tinggi di New York, Union Collge, mengklaim pihaknya telah menemukan benda bersejarah di dalam sebuah buku di perpustakaan.

Seorang pustakawan yang sedang membereskan buku-buku sejarah di arsip sekolah mengaku telah menemukan rambut dari presiden pertama Amerika Serikat, George Washington.

Rambut tersebut diikat rapi dan disimpan dalam amplop yang terselip di buku penanggalan atau almanak. Namun, pejabat perguruan tinggi tidak mau mengambil risiko dengan melakukan tes DNA yang dapat menghancurkan rambut tersebut.

"Ini bisa merusak rambut kalau dilakukan uji DNA," kata India Spartz, kepala koleksi dan arsip Union College, seperti dilansir dari ABC News, Senin (19/2/2018).

Dia mengklaim rambut ditemukan pada Desember 2017 telah cukup menjadi temuan sejarah yang penting tanpa harus melewati pembuktian khusus.

Baca juga : George Washington, Jokowi, dan Jim Carrey

Rambut ditemukan dalam sebuah amplop berlabel "rambut Washington" di almanak yang dulunya dimiliki oleh ayah dari Eliza Hamilton, istri Alexander Hamilton.

Alexander merupakan menteri keuangan pertama di AS dan menjadi salah satu pendiri negara tersebut.

"Kami menelusuri asalnya yang ternyata berhubungan dengan keluarga yang merupakan rekan Washington," ujar Spartz.

Menurut catatan dalam buku itu, rambut Washington telah diwariskan oleh keluarga Hamilton.

Pakar silsilah Blaine Bettinger mengatakan dalam tes DNA masalah terbesar adalah kontaminasi. Akar dari rambut yang tidak mungkin menempel, membuat tes DNA sangat terbatas.

Namun, setidaknya bisa memberikan pengetahuan mendalam tentang sejarah keluarga Washington. Verifikasi DNA dilakukan melalui perbandingan antara hasil rambut Washington dengan orang lain dari garis ibu keluarganya.

Baca juga : Misil Terbaru Korea Utara Bisa Menjangkau Washington DC

"Tes akan mengungkapkan ibu George Washington dan neneknya, orang-orang bisa belajar tentang keturunannya, dalam hal ini, mungkin orang Eropa," katanya.

Menurutnya, rambut akan hancur dalam proses pengujian DNA sehingga keputusan untuk tidak melakukannya saat ini sangatlah tepat.

"Saya pikir teknologi akan meningkat dalam satu atau dua dekade, kemudian jumlah rambut yang dibutuhkan untuk tes bisa jauh berkurang," ucap Bettinger.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber ABC News
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com