Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Mantan Presiden Serbia Diadili di Belanda

Kompas.com - 12/02/2018, 14:39 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

KOMPAS.com - Pada 12 Februari 2002, mantan Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic menjalani sidang perdana di Den Haag, Belanda.

Pria berjuluk "Jagal dari Balkan" ini  didakwa melakukan genosida dan kejahatan perang di Bosnia, Kroasia, dan Kosovo.

Hampir di sepanjang proses persidangan Milosevic menjadi pengacara untuk dirinya sendiri hingga sidang berakhir tanpa putusan.

Pasalnya, Milosevic meninggal dunia di selnya dalam usia 64 tahun pada 11 Maret 2006, diduga akibat terkena serangan jantung.

Baca juga : Genosida di Srebrenica: Tentara Belanda Biarkan 300 Muslim Dibantai

Yugoslavia adalah negara federasi yang didirikan pemimpin komunis Josip Broz Tito pada 31 Januari 1946.

Federasi ini terdiri atas enam negara bagian yaitu Kroasia, Slovenia, Serbia, Bosnia-Herzegovina, Macedonia, dan Montenegro.

Setelah Tito meninggal dunia pada Mei 1980, tanda-tanda keruntuhan Yugoslavia mulai terlihat dan negeri itu terbelah dalam waktu hanya satu dekade.

Milosevic, pria kelahiran 20 Agustus 1920 itu, bergabung dengan Partai Komunis saat berusia 18 tahun dan karier politiknya terus melesat.

Pada 1989, Milosevic menjabat Presiden Republik Sosialis Serbia, yang merupakan negara bagian dari Yugoslavia dan mendirikan Partai Sosialis Serbia pada 1990.

Pada 25 Juni 1991, Kroasia dan Slovenia mendeklarasikan kemerdekaannya dari Federasi Yugoslavia. Alhasil, Milosevic mengirim tentara dan tank ke perbatasan Sloveni.

Langkah ini memicu perang singkat yang berakhir dengan pemisahan diri Slovenia. Sementara di Kroasia, perang pecah antara etnis Kroasia dan Serbia.

Milosevic memberi bantuan kepada etnis Serbia berupa persenjataan dan pasokan obat-obatan. Angkatan bersenjata Kroasia juga sempat terlibat baku tembak dengan militer Yugoslavia yang sebagian besar personelnya adalah etnis Serbia.

Baca juga : Aung San Suu Kyi Sangkal Ada Genosida Rohingya

Diperkirakan 10.000 orang tewas dan ratusan kota di Kroasia hancur sebelum PBB berhasil memaksakan gencatan senjata pada Januari 1992.

Pada Maret 1992, gantian Bosnia-Herzegovina menyatakan kemerdekaan, dan lagi-lagi Milosevic membantu etnis Serbia-Bosnia untuk angkat senjata.

Akhirnya Perang Bosnia pecah dan menewaskan sedikitnya 200.000 orang sebelum perdamaian yang disponsori AS diteken di Dayton, Ohio pada 1995.

Perang belum berakhir di bekas Yugoslavia ketika Kosovo, yang merupakan provinsi otonom Serbia dengan penduduk mayoritas etnis Albania, bentrok dengan etnis Serbia dan militer Yugoslavia.

Di tengah kabar Milosevic melakukan kampanye pembersitan etnis terhadap warga Albania di Kosovo, NATO menggelar serangan udara terhadap Yugoslavia pada 1999.

Sebelumnya, pada 1997, Milosevic menjadikan dirinya sebagai presiden Yugoslavia setelah tak bisa menduduki masa jabatan ketiga sebagai presiden Serbia.

Pada 2000, Milosevic kalah dalam pemilihan presiden tetapi tak mau turun dari jabatannya sebelah akhirnya menyerah akibat desakan massa pada Oktober tahun yang sama.

Setelah turun dari jabatan, Milosevic didakwa melakukan korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Dia akhirnya menyerahkan diri kepada aparat keamanan Serbia pada 1 April 2001 setelah dikepung polisi selama 26 jam.

Pada Juni 2001, Milosevic kemudian diekstradisi ke Belanda untuk menjalani sidang di pengadilan kejahatan perang PBB.

Namun, sebelum pengadilan menjatuhkan keputusan, Milosevic meninggal dunia di dalam selnya diduga akibat mengalami serangan jantung.

Baca juga : Hari Ini dalam Sejarah: Awal Genosida di Rwanda

Pada Februai 2003, Serbia dan Montenegro membentuk sebuah persemakmuran dan secara resmi menghapus nama Yugoslavia.

Akhirnya pada Juni 2006, Serbia dan Montenegro sepakat untuk berpisah dan sama-sama menjadi negara independen sekaligus mengakhiri semua jejak Federasi Yugoslavia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com