NAYAPARA, KOMPAS.com - Abdul Goni, salah satu warga etnis Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh, menceritakan bagaimana pemerintah Myanmar membuat keluarganya kelaparan secara bertahap.
Laporan dari The Associated Press, Kamis (8/2/2018), menyebutkan tentara Myanmar menghentikan mata pencaharian Goni sebagai penjual kayu bakar.
Kemudian, tentara juga mengambil satu-satunya sapi yang dia miliki. Sapi itu disewakan Goni kepada petani untuk membajak sawah.
Selanjutnya, pamannya dibunuh karena berusaha menyelamatkan kerbaunya yang hendak diambil oleh para tentara.
Sejak saat itu, Goni mulai melihat mayat-mayat mengambang di sungai. Mereka merupakan temannya yang dibunuh karena memancing secara ilegal.
Baca juga : Komisioner Tinggi HAM PBB Puji Indonesia Bantu Krisis Rohingya
Dia tahu keluarganya juga akan mati jika mereka tidak meninggalkan desa. Goni juga terpaksa memberi makan keluarganya dengan batang pohon pisang.
"Saya merasa sangat menyesal kerena tidak memberi makanan cukup kepada mereka," kata pria berusia 25 tahun itu.
"Mereka (tentara Myanmar) mengatakan kepada kami 'Ini bukan tanah kalian. Kami akan membuat kalian kelaparan'," ucap Goni menirukan perkataan para tentara.
Menurutnya, ada 500 keluarga yang tinggal di dekat rumahnya, namun baru 150 orang yang berhasil melarikan diri ke Bangladesh. Banyak yang ingin pergi, namun tak punya cukup uang atau sudah terlalu tua.
Baca juga : Myanmar Bantah Laporan Adanya Lima Kuburan Massal Rohingya di Rakhine
Laporan tentang jumlah kelaparan yang melanda etnis Rohingya tidak dapat dikonfirmasi secara independen karena pemerintah Myanmar tidak mengizinkan wartawan masuk ke negara bagian Rakhine.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.