Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Abdeslam: "Penjahat Kelas Teri" yang Bergaul dengan Kaum Radikal

Kompas.com - 07/02/2018, 19:25 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

BRUSSELS, KOMPAS.com - Berawal dari hanya melakukan berbagai tindak pidana ringan dengan hukuman satu bulan penjara, Salah Abdeslam menjadi buronan paling dicari seantero Eropa.

Hal itu tak lepas dari "kiprahnya" sebagai salah satu bagian aksi teror yang menyerang Paris, Perancis, di 13 November 2015.

Aksi teror yang diklaim didalangi oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu menewaskan 137 orang tewas, dan melukai 413 orang lainnya.

Pria yang menjadi radikal karena pengaruh sahabatnya, Abdelhamid Abaaoud itu bakal kembali menjalani persidangan Kamis (8/2/2018).

Dilansir BBC Indonesia Selasa (6/2/2018), berikut adalah lima hal yang perlu diketahui tentang Abdeslam.

Baca juga : Saya Percaya pada Tuhan, Saya Tidak Takut pada Kalian

1. Bisa Divonis 40 Tahun Penjara
Pasca-serangan teror di Paris, Abdeslam diketahui melarikan diri ke rumahnya di Brussels.

Gabungan polisi Belgia dan Perancis kemudian melakukan penyisiran di sejumlah distrik di Brussels.

Pada 18 Maret 2016, empat bulan setelah serangan, polisi menemukan Abdeslam tengah bersembunyi di sebuah ruangan bawah tanah di Molenbeek, dekat dengan rumah keluarganya.

Abdeslam dan rekannya, Sofien Ayari asal Tunisia, berusaha melawan dengan melepaskan tembakan.

Abdeslam kemudian ditembak sebelum dibekuk. Sementara Ayari ditangkap tanpa perlawanan.

Keduanya dijerat dakwaan berusaha melukai polisi, aksi terorisme, hingga kepemilikan senjata api ilegal.

"Untuk tindakan ini, dia mungkin bakal mendapat hukuman hingga 40 tahun," kata Ketua Pengadilan Brussels, Luc Hennart, kepada Reuters TV.

Adapun Ayari, berdasarkan penelusuran media Belgia, diidentifikasi sebagai anggota ISIS asal Suriah.

Dikatakan, Ayari masuk ke Eropa melalui Yunani dengan berpura-pura sebagai pengungsi pada September 2015, dan berganti nama menjadi Monir Ahmed Alaaj dan Amine Choukri.

Salah Abdeslam, pelaku teror Paris 13 November 2015.Kepolisian Belgia dan Perancis/BBC Salah Abdeslam, pelaku teror Paris 13 November 2015.

2. Diduga Berhubungan dengan Pelaku Bom Brussels
Empat hari setelah Abdeslam ditangkap, Brussels diguncang tiga serangan bom bunuh diri (22/3/2016).

Serangan yang terjadi di Bandara Zaventem dan Stasiun Bawah Tanah Maalbeek itu menewaskan 35 orang, dan melukai 340 lainnya.

Jaksa Belgia percaya bahwa Abdeslam terkait dengan serangan di Brussels. Meski, mereka tidak mengajukan dakwaan kepadanya.

Abdeslam dianggap sebagai bagian dari sel ISIS yang disiapkan untuk melakukan serangan saat perayaan Paskah.

Namun, modus mereka terungkap begitu polisi menangkap Abdeslam. Anggota ISIS yang lain kemungkinan khawatir jika ikut terungkap, dan memutuskan melakukan serangan lebih dini.

Namun, kuasa hukum Abdeslam, Sven Mary, menyatakan kliennya sama sekali tidak tahu-menahu soal tiga bom bunuh diri tersebut.

Baca juga : Pelaku Teror Paris, Salah Abdeslam, Berharga Setara Emas Seberat Tubuhnya

3. Seharusnya, Abdeslam Tewas di Paris
Kepada polisi Perancis yang menanyai Abdeslam setelah penangkapan, dia sebenarnya sudah berencana mengambil bagian sebagai salah satu "pengantin".

Ketika dia menjadi sopir tiga pelaku bom bunuh diri, Abdeslam mengaku sudah memasangkan sabuk bom bunuh diri di pinggangnya.

Namun, sabuk tersebut rupanya gagal meledak. Abdeslam lantas membuangnya ke tempat sampah.

Versi penyidik, saat itu Abdeslam menyatakan berubah pikiran setelah hendak berniat meledakkan Stade de France, tempat laga uji coba Perancis kontra Jerman.

Namun, radio Perancis mengutip ucapannya yang terekam di komputer, sabuk Abdeslam memang tidak berfungsi.

"Saya sangat ingin bersama mereka (pelaku bom bunuh diri). Namun, Tuhan berkehendak lain," katanya seperti dikutip radio tersebut.

Baca juga : Pelaku Teror Paris Salah Abdeslam Ditembak di Brussels

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com