Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Warga Sipil Kurdi Suriah di Afrin Ikut Berperang Melawan Turki

Kompas.com - 05/02/2018, 13:08 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

AFRIN, KOMPAS.com - Sabuk amunisi tergulung dengan rapi di pundak puluhan anak muda Kurdi di Afrin, Suriah.

Beberapa dari anak muda itu mengenakan perlengkapan militer yang sebenarnya tidak cocok. Bahkan, mereka mengaku ini merupakan pengalaman pertama dalam memegang senjata.

Namun, mereka meneriakan satu kalimat yang sama: perlawanan terhadap operasi militer yang dilakukan Turki.

Diwartakan AFP Senin (5/2/2018), mereka adalah warga sipil yang dengan sukarela terjun ke medan perang.

Salah satunya adalah anak muda bernama Samaa. Dia rela meninggalkan kuliahnya di jurusan Jurnalistik Universitas Afrin Januari lalu demi bergabung dengan paramiliter.

"Afrin adalah tempat saya dibesarkan. Sama seperti orangtua, dan kakek-nenek saya," tegas warga bernama Asmaa.

Baca juga : Erdogan Umumkan Serangan ke Wilayah Kurdi Suriah

Pemerintah kota memang mencanangkan "mobilisasi massal" untuk menghadapi Turki yang tengah menyerang Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG).

Dari ajakan tersebut, pemerintah Afrin mengklaim telah menerima ratusan permohonan sukarelawan.

Kebanyakan ditempatkan di garis depan menjadi pejuang. Sementara sisanya menjadi perawat di rumah sakit, dan petugas penyelamat.

Sementara untuk Asmaa, dia lebih memilih untuk berjuang di garis depan berbekal penutup kepala bewarna putih-hitam.

"Hari ini, saya tidak melihat diri saya sebagai mahasiswa, namun pejuang," ujar remaja perempuan 19 tahun tersebut.

Penasihat bidang media YPG, Rezan Haddu menyatakan, permintaan akan sukarelawan terus meningkat sejak Turki mengumumkan serangan 20 Januari lalu.

"Mereka mendaftarkan diri sesuai dengan pengalaman dan kemampuan mereka," kata Haddu.

Khusus mereka yang mendaftar untuk berperang, mereka menerima pelatihan di bawah komando Pemimpin Pergerakan Pemuda Kurdi cabang Afrin, Jinda Tulhaldan.

Baca juga : Para Relawan Inggris dan AS Siap Bantu Kurdi Melawan Tentara Turki

Anak muda tersebut menerima pelatihan selama sepekan untuk menembak, dan memahami situasi di medan perang.

"Kami tahu sepekan tidaklah cukup. Namun, saat ini kami diserang, dan kami harus mempertahankan kota kami dengan apa yang kami miliki," tegas Tulhalda.

Ucapan Tulhalda diperkuat dengan keterangan dari salah satu relawan, Tirij Hassan.

Hassan berkata, mereka dilatih menggunakan senjata ringan seperti senapan serbu di pusat pelatihan pemuda.

"Ini pengalaman pertama saya. Namun, saya bahagia karena saya mempertahankan Afrin," kata pemuda 22 tahun tersebut.

Relawan lainnya, Farhad Akid, menyatakan seluruh warga Afrin mempunyai kewajiban mempertahankan kotanya dari Turki.

Sebab, menurut data dari Lembaga Pengamat HAM di Suriah, 68 warga sipil tewas dari operasi militer bernama "Tangkai Zaitun" tersebut. "Kami tidak akan membiarkan satu orang Turki memasuki wilayah suci kami," tegas Akid.

Sebelumnya, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mendeklrasikan perang melawan YPG.

Deklarasi itu terjadi menyusul pengumuman bahwa pasukan koalisi pimpinan AS di Suriah akan membentuk "pasukan keamanan perbatasan" untuk mencegah ISIS kembali ke Suriah.

Namun, Ankara melihat pasukan Kurdi Suriah ini merupakan perpanjangan tangan dari pemberontak Kurdi PKK yang menjadi musuh lama pemerintah Turki.

Sehingga, Ankara melihat kehadiran pasukan PKK di perbatasan dengan negeri itu merupakan ancaman keamanan.

Baca juga : Presiden Macron Ingatkan Turki untuk Tidak Menginvasi Suriah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com