Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Putus Bantuan Militer, Pakistan Lirik Kerja Sama dengan China

Kompas.com - 02/02/2018, 18:26 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Newsweek

ISLAMABAD, KOMPAS.com - Keputusan Amerika Serikat (AS) untuk memutus bantuan tidak membuat Pakistan meradang terlalu lama.

Mereka mengumumkan tengah mempertimbangkan kerja sama dengan negara seperti China, Rusia, maupun negara lain di Eropa Timur.

Menteri Pertahanan Khurram Dastgir Khan berkata, Pakistan masih menjalin hubungan baik dengan AS.

"Kami ingin mempertahankannya sampai kapanpun," kata Khan kepada Bloomberg, seperti dilansir Newsweek Kamis (1/2/2018).

Meski begitu, Khan menyatakan bahwa Pakistan tidak menutup kemungkinan untuk membeli senjata dari negara lain.

Bentuk keseriusan kerja sama kedua negara dibuktikan dengan laporan adanya pembangunan pangkalan angkatan laut China di Pelabuhan Gwadar.

Baca juga : AS Ancam Bakal Hentikan Anggaran Bantuan untuk Pakistan

Pelabuhan yang terletak di Laut Arab itu difungsikan sebagai penyimpanan dan perawatan kapal perang mereka.

Harrison Akins, pengamat keamanan dari Kebijakan Publik The Howard Baker Center berkata, sebenarnya tindakan Pakistan yang bekerja sama dengan negara lain sudah sering terjadi.

Contohnya adalah saat AS menghentikan bantuan militer ketika Perang India-Pakistan 1965, dan dekade 1990-an tatkala Pakistan mengembangkan nuklir.

"Namun, pemerintahan Donald Trump yang sangat kasar membuat Pakistan makin intens mendekati negara seperti China," ujar Akins.

Sebelumnya, Trump mengeluhkan AS begitu besar mendanai proyek untuk memerangi terorisme di Pakistan.

Selama 15 tahun, Trump menyebut jumlahnya mencapai 33 miliar dolar AS, sekitar Rp 442,4 triliun.

"Mereka tidak memberikan apapun kepada AS selain kebohongan, dan mengira para pemimpin AS bodoh. Mereka memberikan perlindungan kepada kelompok yang kami buru di Afghanistan. Tidak lagi!" ujar Trump di Twitter.

Kementerian Luar Negeri AS langsung merespon dengan menghentikan bantuan senilai 255 juta dolar AS, atau sekitar Rp 3,4 triliun.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Heather Nauert lewat Twitter menjelaskan, sejak Agustus, Trump telah menyatakan koalisi di antara negara sekutu bakal dievaluasi.

Langkah tersebut bakal diambil jika kelompok radikal tersebut masih berada di negaranya, dan mengancam delegasi AS.

"Empat bulan kemudian, kami menemukan kelompok Taliban atau Jaringan Haqqani masih berdiam di Pakistan," kata Nauert.

Nauert melanjutkan, AS bakal kembali melanjutkan kerja sama jika Pakistan dianggap serius memerangi kelompok radikal di negerinya.

Baca juga : China Bakal Bangun Pelabuhan Militer di Pakistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com