Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Korban Pembunuhan Acak Gugat Facebook

Kompas.com - 02/02/2018, 16:03 WIB

PHILADELPHIA, KOMPAS.com - Keluarga dari Robert Godwin, yang video pembunuhannya tersiar lewat Facebook, menggugat jejaring sosial itu.

Keluarga Robert menuding Facebook telah melaukan kelalaian dan perbuatan yang mengakibatkan kematian orang lain.

Godwin (74) menjadi korban penembakan acak saat ia pulang dari makan siang Paskah pada April tahun lalu.

Steve Stephens, pelaku penembakan yang kemudian bunuh diri, mengunggah video pembunuhan itu di Facebook, yang ditonton jutaan orang.

Baca juga : Kelompok HAM Israel Gugat Facebook Rp 13,1 Triliun

Facebook menjadi bulan-bulanan kritik karena rekaman itu bisa diakses selama berjam-jam di layanan mereka. Setelah itu Facebook mengkaji dan memperbaiki prosedur pengunggahan video.

"Kami ingin semua orang merasa aman menggunakan Facebook, karenanya kami menerapkan kebijakan yang melarang (diunggahnya) ancaman langsung, serangan, ancaman serius terhadap bahaya keselamatan umum dan pribadi dan aktivitas kriminal lainnya," kata Natalie Naugle, dari Facebook.

"Kami bersimpati terhadap keluarga korban, yang mengalami peristiwa tragis dan kehilangan anggota keluarga dalam peristiwa di luar akal sehat itu," katanya dalam sebuah pernyataan.

Keluarga Godwin menuturkan, gugatan hukum itu dimaksudkan untuk meminta pertanggungjawaban Facebook dengan alasan mereka tidak memberikan peringatan menjelang pembunuhan tersebut disiarkan.

"Gugatan hukum ini bertujuan agar Facebook memikul tanggung jawab, antara lain pada kelalaian mereka dalam mengambil langkah ketika ada ancaman kekerasan yang sudah jelas dan kredibel," katanya.

Keluarga meminta ganti rugi dan mengatakan situs jejaring sosial tersebut lalai mengantisipasi "ancaman kekerasan yang dilontarkan tersangka".

Dalam video Facebook lainnya yang diunggah Stephens di hari pembunuhan Godwin, ia mengatakan "baru saja menembak" seseorang.

Dia juga membicarakan mengenai utang yang melilitnya akibat kalah judi dan hubungan cinta yang berantakan.

Sementara dalam video lainnya ia mengatakan telah membunuh 13 orang dan akan terus membunuh.

Menyusul pembunuhan tersebut, seorang juru bicara Facebook mengatakan: "Ini kejahatan yang mengerikan dan kami tidak mengizinkan konten semacam ini ada di Facebook."

Justin Osofsky, wakil presiden operasi global Facebook beralasan pengaduan pertama tentang video tersebut muncul sekitar dua jam setelah diunggah.

Baca juga : Merasa Privasi Dilanggar, 25.000 Orang Gugat Facebook

Stephens diburu polisi setelah wajahnya dikenali seorang karyawan McDonald's di Pennsylvania, yang menangani pesanannya.

Polisi memburu Stephens tetapi pria itu bunuh diri setelah tidak bisa menguasai kendaraannya saat dikejar dan terdesak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com