Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Idi Amin Berkuasa di Uganda

Kompas.com - 02/02/2018, 12:35 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

KOMPAS.com - Apakah Anda pernah mnonton film "The Last King of Scotland" yang dibintangi aktor Forrest Whittaker dan James McAvoy?

Dalam film itu dikisahkan sepotong kehidupan diktator Uganda Idi Amin Dada yang dikenal amat brutal saat memerintah negerinya.

Pada 1 Februari 1971, Idi Amin, yang saat itu adalah salah seorang perwira militer, memberontak dan menggulingkan Presiden Milton Obote.

Idi Amin berasal dari suku Kakwa yang menempati wilayah barat laut Uganda. Waktu kelahirannya tidak diketahui tetapi diperkirakan Idi Amin lahir pada 1925.

Baca juga : Hari Ini dalam Sejarah: Mahatma Gandhi Tewas Dibunuh

Ibu Idi Amin adalah seorang pakar pengobatan herbal dan peramal. Dia membesarkan putranya itu sendirian setelah sang ayah pergi meninggalkan keluarganya.

Di masa kecilnya, Amin tak mendapatkan cukup pendidikan. Pada 1946 dia  bergabung dengan resimen King 's African Rifles (KAR) bagian dari tentara kolonial Inggris.

Amin mengawali karier militernya sebagai juru masak. Kemudian perlahan naik pangkat hingga menjadi letnan, pangkat tertinggi yang diraih bangsa Afrika yang bergabung dalam militer Inggris.

Dia kemudian terlibat dalam operasi militer Inggris memberantas pemberontakan bangsa Somalia dalam Perang Shifta dan pemberontakan Mau Mau di Kenya.

Setelah Uganda merdeka pada 1962, Amin tetap bergabung di ketentaraan. Pangkatnya terus naik hingga menjadi mayor dan ditunjuk menjadi Panglima Angkatan Darat pada 1965 oleh Presiden Milton Obote.

Sebelum Uganda merdeka, Amin memang sudah berkawan dekat dengan Obote. Keduanya bekerja sama menyelundupkan emas, kayu, dan gading dari Kongo.

Namun, perseteruan antara kedua kawan lama ini kemudian muncul karena Obote menduga Amin menyelewengkan anggaran angkatan bersenjata.

Amin yang yakin bakal ditangkap oleh Obote, langsung bergerak cepat dan melakukan kudeta saat sang presiden sedang melakukan kunjungan kenegaraan ke Singapura.

Baca juga : Hari Ini dalam Sejarah: Vietnam Tumbangkan Rezim Brutal Khmer Merah

Kudeta itu tak hanya menggulingkan Obote tetapi sekaligus digunakan Amin untuk mendeklarasikan dirinya sebagai presiden baru Uganda.

Selain itu, Amin mengangkat dirinya sendiri menjadi jenderal besar angkatan bersenjata pada 1975 dan presiden seumur hidup pada 1976.

Diktator Uganda, Idi Amin Dada.History Diktator Uganda, Idi Amin Dada.
Di awal masa pemerintahannya, Amin banyak membuat keputusan dan tindakan yang populer termasuk membebaskan tahanan politik yang dijebloskan ke penjara oleh Obote.

Namun kemudian Amin membentuk "pasukan pembunuh" dan menggunakannya untuk memburu para pendukung para pendukung Obote, terutama berasal dari etnis Acholi dan Lango.

Tak butuh waktu lama, korban pasukan pembunuh Idi Amin menjadi semakin beragam termasuk jurnalis, pengacara, kaum gay, pelajar, dan para birokrat senior.

Pada 1972, Amin mengusir semua warga keturunan Asia yang menyebabkan eksodus 60.000 orang keturunan India dan Pakistan dari Uganda, sebuah langkah yang kemudian melumpuhkan perekonomian negeri itu.

Baca juga : Hari Ini dalam Sejarah: Moammar Khadaffi Tewas Dieksekusi Pemberontak

Amin kemudian dikenal dengan julukan "Jagal dari Uganda" karena kebrutalannya. Diyakini tak kurang dari 300.000 orang tewas sepanjang masa pemerintahannya.

Pada Juli 1976, dia secara personal terlibat dalam pembajakan sebuah pesawat milik maskapai penerbangan Perancis ke Entebbe.

Pada 1978, Amin mengirimkan tentaranya ke Tanzania untuk mencoba menganeksasi wilayah Kagera sekaligus mengalihkan pandangan rakyatnya dari masalah dalam negeri.

Namun, perang ini ternyata menjadi bumerang dan sekaligus awal kejatuhannya dari tampuk kekuasaan.

Pada 1979, dengan bantuan Front Pembebasan Nasionalis Uganda, tentara Tanzania menggelar serangan balasan yang sukses mengusir pasukan Idi Amin.

Saat pasukan Tanzania bergerak menuju ibu kota Kampala, pada 13 April 1979, Amin yang tak melihat peluang menang meninggalkan kota itu.

Dia kemudian kabur ke beberapa negara yaitu Libya sebelum akhirnya mendapatkan suaka dari pemerintah Arab Saudi.

Baca juga : Hari Ini dalam Sejarah: Alexander Agung Wafat

Tak hanya memberi suaka, pemerintah Saudi juga memberikan subsidi berupa uang yang cukup banyak dengan jaminan Amin tak akan terjun kembali ke dunia politik.

Setelah Amin kabur, Milton Obote yang dulu digulingkan kembali ke Uganda dan sekali lagi menjadi presiden pada 1980-1985.

Selama beberapa tahun Amin tinggal di dua lantai teratas Hotel Novotel yang terletak di Jalan Palestina, Jeddah, Arab Saudi.

Pada 19 Juli 2003, istri Idi Amin, Madina mengabarkan suaminya dalam kondisi koma akibat gagal ginjal dan dirawat di RS Raja Faisal di Jeddah, Arab Saudi.

Madina lalu meminta kepada presiden Uganda, Yoweri Museveni agar mengizinkan Idi Amin kembali ke Uganda di sisa hidupnya.

Namun, Presiden Museveni menjawab, Idi Amin harus mempertanggungjawabkan semua kejahatannya di masa lalu jika pulang ke Uganda.

Akhirnya keluarga Idi Amin memutuskan untuk melepas alat penunjang kehidupan dan mantan diktator Uganda itu dinyatakan meninggal dunia pada 16 Agustus 2003.

Dia dimakamkan di sebuah kuburan yang sederhana di taman pemakaman Ruwais di Jeddah.

Baca juga : Hari Ini dalam Sejarah: Putra Mahkota Nepal Bantai Seluruh Keluarganya

Setelah Amin meninggal dunia, mantan Menteri Luar Negeri Inggris David Owen mengaku dia pernah mengusulkan agar Idi Amin dibunuh.

"Saya tak pernah menyesal pernah mempertimbangkan pembunuhan Idi Amin, sebab kebrutalan rezimnya hampir sama seperti Pol Pot dan menjadi yang paling buruk di Afrika," ujar Owen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com