Kenangan Mei 2017
Ledakan menggunjang pusat Kabul, sebuah kota yang ditinggali oleh 5 juta penduduk, di mana pada siang hari, pengebom bunuh diri meledakan sebuah ambulans yang berisi bahan peledak di dekat gedung kementerian, sekolah, kantor pemerintah, dan rumah sakit.
Kehancuran pada Sabtu kemarin membawa kenangan pada serangan 31 Mei tahun lalu.
Sebuah bom truk mengguncang jantung kota Kabul yang menewaskan 150 orang. Insiden tersebut menjadi serangan paling berdarah di ibu kota Afghanistan.
Baca juga : Sudah 80 Orang Tewas Akibat Ledakan Bom di Kawasan Diplomatik Kabul
Hingga kini, belum ada kelompok yang bertanggung jawab atas peristiwa Mei 2017.
"Masalahnya terletak di sistem keamanan. Selalu ada orang dalam yang membantu teroris merencanakan penyerangan," kata Jawid Kohistani, mantan pejabat intelijen dan militer Afghanistan.
"Setiap mereka menyerang, mereka menggunakan teknik yang berbeda. Seperti kemarin, mereka menggunakan ambulans. Ini tidak pernah diperkirakan," tambahnya.
Dalam penyerangan di seluruh negeri, aparat kemanan termasuk polisi juga sering menjadi target.
Baca juga : Kisah Staf Kantor Lembaga Amal Afghanistan Ketika ISIS Menyerang
"Polisi hampir terbunuh setiap hari, mereka dibayar sedikit dan hampir tidak ada keamanan yang diberikan kepada keluarga mereka," ucapnya.
"Mereka tidak dilengkapi senjata untuk menghadapi serangan dan terorisme yang terus meningkat," katanya.
Bulan belum berganti di tahun ini, tapi serangan terus menerpa Afghanistan. Pada 21 Januari 2018, serangan yang diklaim Taliban di Hotel Intercontinental, Kabul, menewaskan lebih dari 20 orang.
Pada 24 Januari 2018, ISIS membunuh sedikitnya tiga orang di kantor lembaga amal Save the Children, di Jalalabad.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.