Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Pecah di Wilayah Selatan Yaman, 15 Orang Tewas

Kompas.com - 29/01/2018, 13:41 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

ADEN, KOMPAS.com - Konflik bersenjata dilaporkan pecah di Aden, kota di kawasan selatan Yaman..

Dilaporkan France24 Minggu (28/1/2018), konflik terjadi antara pasukan pemerintah dengan Dewan Transisi Selatan (STC) melalui kelompok paramiliternya, Pasukan Pemberontak Selatan (SRF).

Situasi konflik paling parah dikabarkan terjadi di kawasan Khormaksar, al-Mansoura, dan Distrik Dar Sad.

Insiden tersebut mengakibatkan 15 orang, tiga di antaranya warga sipil, dan melukai 30 orang lainnya.

STC dilaporkan berhasil mengambil alih gedung pemerintah di Aden, kota yang menjadi ibu kota interim pasca-pemberontakan Houthi pada 2014.

Baca juga : Setelah Houthi, Pemerintah Yaman Terancam Hadapi Perlawanan Baru

Perdana Menteri Yaman, Ahmed bin Dagher, menuduh STC sengaja merencanakan kudeta dengan dibantu Uni Emirat Arab (UEA).

"Situasi ini sangat serius. Dunia Arab harus segera turun tangan untuk menyelamatkan Yaman," kata Dagher di laman Facebook-nya.

Presiden Abd-Rabbo Mansour Hadi langsung memerintahkan penghentian tembakan, dan penarikan mundur pasukan dari wilayah konflik.

"Perintah ini dikeluarkan setelah Presiden Hadi dan komandan militer Yaman berdialog dengan koalisi pimpinan Arab Saudi," demikian pernyataan kantor kepressidenan Yaman.

Sementara itu, Wakil Presiden STC Hani bin Braik langsung menyalahkan pemerintahan Hadi atas konflik tersebut.

Sebab, sebelum baku tembak itu terjadi, Pemimpin STC, Aidarous al-Zubaidi menyatakan aksi militer tidak akan terjadi jika Hadi melakukan pembersihan kabinet yang dianggap korup.

Dagher menjadi salah satu sosok yang dituduh Zubaidi telah melakukan aksi korupsi dalam pernyataan yang dikeluarkan Senin pekan lalu (22/1/2018).

Namun, Hadi menanggapinya dengan pelarangan segala kegiatan publik, dan menempatkan pasukannya pada Minggu.

Sebagai catatan, Zubaidi mengultimatum bakal menyerang pemerintahan Hadi jika dia tidak kunjung mengumumkan perombakan Minggu.

Baca juga : Yaman Tangkap Tentara Anak-anak Houthi

"Kami sudah berusaha berbicara baik-baik. Namun, mereka memaksa kami mengenakan seragam militer kami," ujar Braik dikutip dari Al Jazeera.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com