Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Idola Cilik", Obsesi Gelap Pria Jepang terhadap Gadis Kecil

Kompas.com - 28/01/2018, 19:07 WIB
Veronika Yasinta

Penulis


TOKYO, KOMPAS.com - Di tempat yang sepi dan gelap, di distrik Tokyo yang rentan, puluhan pria setengah baya bersorak untuk penampilan seseorang dalam sebuah konser mini.

Pujian mereka ditujukan kepada seorang gadis kecil berusia enam tahun yang bernyanyi di atas panggung. Wajahnya dibungkus dengan riasan dan rambutnya dihiasi pita. Ai, bocah perempuan itu, dibalut dengan pakaian bak orang dewasa.

Salah satu pria yang meramaikan acara konser idola itu, Soichiro Seki (40), mengatakan selalu melihat anak-anak perempuan beraksi di atas panggung selama dua kali seminggu.

Dia bersikeras tujuannya menonton langsung acara idola cilik untuk mendukung penampilan mereka sehingga membantu menghilangkan rasa malu saat berada di atas panggung.

Baca juga : China Kecewa Keputusan Jepang Buka Museum Pulau Sengketa

Di sisi lain, dia mengakui beberapa penggemar memiliki tujuan lain.

"(Bagi mereka) Datang ke konser seperti ini, dan mengunjungi klub di Kabukicho pada dasarnya sama tujuannya," katanya.

Tama Himeno, salah satu penampil yang telah bergelut dengan dunia panggung sejak usia 16 tahun, mengatakan orang-orang hadir dalam pertunjukannya adalah penggemarnya.

Himeno, yang saat ini berusia 24 tahun, mengaku pernah menawari penggemar sebuah stoking bekasnya dengan harga 30.000 yen atau Rp 3,6 juta.

"Pria mengidolakan gadis muda relatif diterima di Jepang," katanya.

Baca juga : Makan Malam Turis Jepang Dihargai Rp 18 Juta, Restoran Ini Didenda

Bagi manajer Ai, Hidenori Okuma, para pria tertarik untuk berinteraksi dengan perempuan muda.

"Bertemu dan ngobrol dengan idola usia SMA telah menjadi sangat populer," ucapnya.

"Bahkan penggemar pria tak ragu mengatakan kalau menyukai gadis usia sekolah dasar," tambahnya.

Ibu Ai, Mami Yamazaki (26), mengatakan putrinya ingin menjadi penyanyi idola sejak menonton kartu tentang perempuan muda yang berjuang menjadi bintang.

"Di televisi, Anda melihat anak-anak berakting dalam drama dan iklan. Di majalah, anak-anak memperagakan baju. Apa yang dilakukan Ai tidak jauh berbeda," katanya.

Suasana klub yang menampilkan gadis cilik bernyanyi di atas panggung. (AFP via Japan Today) Suasana klub yang menampilkan gadis cilik bernyanyi di atas panggung. (AFP via Japan Today)

Yamakazi pernah bermain dalam sebuah band saat masih remaja. Kini, dia melihat putrinya menuju dunia idola yang populer dan menguntungkan.

Apa yang dilakukan Ai bisa menjadi jalan menuju ketenaran, seperti yang sudah terjadi pada anggota AKB48. Mereka menjadi grup paling sukses sepanjang masa, yang memulai karir di panggung kecil di Akihabara, Tokyo, dengan anggota termuda berusia 11 tahun.

Menempuh pijakan menjadi idola berarti anak harus berinteraksi dengan penggemar dewas, berfoto bersama, dan menandatangani bagian belakang kaos mereka.

Pornografi anak

Jumlah anak di bawah umur yang disalahgunakan dalam pornografi anak telah meningkat lima kali lipat dalam 10 tahun terakhir di Jepang.

Polisi juga dianggap gagal membasmi bisnis JK atau joshi kosei yang berarti gadis SMA. Bisnis itu melayani pria untuk berkencan dengan gadis remaja sehinga pelanggan memiliki kesempatan menegosiasikan seks.

Pengacara Keiji Goto, yang berkampanye untuk hak anak, menyebut masalah sosial menjadi biang keladinya.

Baca juga : Seoul Desak Jepang Tutup Museum soal Pulau Sengketa yang Baru Dibuka

Banyak orang Jepang menganggap seksualitas terhadap gadis muda tidak tabu dan berada di zona abu-abu.

Psikiater Hiroki Fukui mengatakan kesadaran di Jepang mengenai perlunya perlindungan kepada anak-anak dari predator seksual sangat rendah.

"Kita perlu menyadari situasi seperti ini di Jepang tidaklah normal," katanya.

Shihoki Fujiwara, perwakilan dari LSM yang membantu korban perdagangan manusia dan pelecehan seksual, memperingatkan tentang pola pikir yang berbahaya.

"Para perempuan itu akan berpikir bahwa penonton menggilai mereka karena mereka adalah gadis kecil," ucapnya.

"Masyarakat yang mengizinkan anak-anak untuk memiliki identitas diri yang bengkok tidak akan pernah bisa melindungi mereka," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com