Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/01/2018, 18:48 WIB
|
EditorArdi Priyatno Utomo

NAYPYIDAWA, KOMPAS.com - Salah satu anggota Dewan Penasihat Negara Bagian Rakhine, Myanmar, Bill Richardson, dilaporkan mengundurkan diri.

Surat pengunduran diri Richardson dari dewan yang mengurus krisis Rohingya tersebut diposting oleh pakar hubungan internasional Belanda, Laetitia van den Assum, via Twitter.

Pengumuman tersebut terbilang mengejutkan. Pasalnya, Richardson merupakan teman dekat Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi.

Associated Press via The Independent melaporkan Kamis (25/1/2018), politisi asal Amerika Serikat (AS) itu keluar karena kecewa dengan Suu Kyi.

Dalam suratnya, Richardson mengatakan dia merasa pembentukan dewan tersebut hanya perpanjangan tangan kebijakan sepihak Suu Kyi semata.

Baca juga : Pemulangan Pengungsi Rohingya Tertunda, Myanmar Salahkan Bangladesh

Politisi Amerika Serikat (AS) itu menyebut pelanggaran HAM, keamanan, kewarganegaraan, maupun perdamaian tidak dihiraukan oleh Suu Kyi.

Selain itu, peraih Nobel Perdamaian 1991 itu mengatakan, masalah Rohingya menjadi sangat rumit karena adanya campur tangan asing.

Suu Kyi menyalahkan PBB, media asing, maupun organisasi pembela HAM atas masalah di Rakhine.

Namun, yang membuat Richardson sangat kecewa adalah momen penahanan dua jurnalis Reuters, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo pada 12 Desember 2017.

Mereka dituduh melanggar hukum kerahasiaan nasional dengan secara ilegal memperoleh informasi, dan membaginya kepada media lain secara sengaja.

"Saya tidak ingin menjadi bagian dari kelompok ini. Saya merasa Suu Kyi kehilangan moralnya untuk menjadi pemimpin," kata Richardson dalam suratnya.

Pernyataan Richardon langsung menuai respon dari Naypyidaw melalui juru bicaranya, Zaw Htay.

Htay menuduh Richardson telah bertindak di luar batas dengan menghina Kanselir Negara mereka.

"Kami mengerti jika dia emosional dengan penahanan dua jurnalis Reuters. Namun, seharusnya dia mengerti alih-alih menyalahkan pemerintah," kecam Htay dilansir dari kantor berita AFP.

Baca juga : Pemulangan Ratusan Ribu Pengungsi Rohingya Dipastikan Tertunda

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com