Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amnesti Internasional: Proses Pemulangan Rohingya ke Myanmar Prematur

Kompas.com - 17/01/2018, 16:02 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber CNN,AFP

COX'S BAZAAR, KOMPAS.com - Organisasi Amnesti Internasional (AI) menyoroti kesepakatan pemulangan Rohingya antara Bangladesh dan Myanmar.

Sebelumnya, Myanmar sepakat untuk menerima kembali Rohingya dalam dialog dengan Bangladesh Selasa (16/1/2018).

Dengan catatan, Myanmar hanya bersedia menerima orang Rohingya yang melarikan diri saat operasi militer 25 Agustus 2017 lalu.

Nantinya, para pengungsi Rohingya bakal ditempatkan di kamp Hla Pho Kung di dekat kota Maungdaw.

Di area seluas 505.000 meter persegi itu, terdapat 625 tenda yang bisa menampung sekitar 30.000 orang Rohingya.

Baca juga : Bangladesh Tampung Lebih dari 1 Juta Pengungsi Rohingya

Kemenlu Bangladesh menyebut, pemerintahan Aung San Suu Kyi menjanjikan bakal membangun rumah bagi Rohingya di kawasan tersebut.

Direktur Regional AI untuk Asia Tenggara dan Pasifik, James Gomez, menyebut kebijakan tersebut sangatlah prematur.

Dalam pandangan Gomez, para pengungsi masih menyimpan trauma atas tindakan perkosaan, penyiksaan, maupun pembunuhan yang dilakukan serdadu Myanmar.

"Penyangkalan yang dilakukan pemerintah Myanmar membuat proses pemulangan ini rawan tanpa perlindungan keamanan," ujar Gomez dilansir AFP Rabu (17/1/2018).

Hal yang sama disuarakan Direktur Jenderal Arakan Rohingya Union, Wakar Uddin.

Apalagi, militer Myanmar mengakui telah membunuh 10 orang Rohingya yang mereka duga sebagai teroris.

Jenazah ke-10 orang tersebut dimasukkan dalam satu pemakaman di Desa Inn Dinn.

Desa tersebut terletak di kota Maungdaw, dan menjadi pusat konflik antara Rohingya dengan militer.

"Mereka dipindahkan dari kamp pengungsi Bangladesh ke kamp pengungsi tanpa jaminan keamanan. Ini jelas ide buruk," kecam Uddin kepada CNN.

Baca juga : Rohingya Prioritaskan 3 Hal Ini Sebelum Kembali ke Myanmar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN,AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com