WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Anggota Kongres Amerika Serikat (AS) menyerukan agar AS mengubah kebijakan luar negerinya jika ingin Korea Utara (Korut) melakukan denuklirisasi.
Tulsi Gabbard, anggota Kongres asal Hawai berkata, selama ini AS selalu mempunyai kebijakan untuk melakukan intervensi kepada rezim suatu negara yang sedang berkuasa.
Dalam kicauannya di Twitter seperti dilansir Russian Today Rabu (17/1/2018), Gabbard menyatakan sudah banyak contoh AS turut campur dalam kondisi internal suatu negara.
Antara lain ketika menggulingkan rezim Saddam Hussein di Irak, maupun ketika AS diduga membantu pemberontak Suriah untuk melengserkan Bashar al-Assad.
Selain itu, AS juga menyuarakan dukungannya untuk penggantian rezim Presiden Hassan Rouhani ketika Iran diguncang kerusuhan yang dimulai pada 28 Desember 2017.
"Kim Jong Un sudah melihat perbuatan AS. Karena itu, dia memutuskan untuk memperkuat nuklirnya," kata Gabbard di Twitter.
Regime change war policy is the reason why North Korea sees nuclear weapons as their only deterrent from a U.S.-led attack. Kim Jong-un sees what the U.S. has done to Gaddafi in Libya, Saddam Hussein in Iraq, and the effort underway to decertify the nuclear deal with Iran.
— Tulsi Gabbard (@TulsiGabbard) January 16, 2018
Baca juga : Tanpa Bantuan AS, Militer Afghanistan Hanya Bisa Bertahan 6 Bulan
Politisi perempuan berusia 36 tahun itu melanjutkan, AS selangkah lagi bakal berada dalam perang nuklir.
Sebab, pemerintah AS selalu memberikan prasyarat yang tidak realistik kepada Korut. Prasyarat yang dimaksud adalah Pyongyang harus segera melucuti nuklirnya.
Gabbard kemudian menyerukan agar AS segera merubah "kebijakan penggantian rezim" dan lebih mengedepankan "kebijakan perdamaian dan deeskalasi ketegangan".
"Perdamaian dengan Korut sudah mendesak. Sebab, kita sudah selangkah lebih dekat dengan perang nuklir," kata Gabbard.
We have seen this nuclear threat during the Cold War when the Soviet Union and the US were seconds away from an attack. Peace with North Korea requires immediate and direct talks without preconditions. pic.twitter.com/NHURYyGajN
— Tulsi Gabbard (@TulsiGabbard) January 16, 2018
Dia menuturkan, AS harus segera mengundang Korut dalam sebuah pertemuan tingkat tinggi untuk mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan Korut.
"Pertemuan itu harus dilakukan tanpa prasyarat. Jika tidak, mustahil perdamaian bisa terjadi," tegas Gabbard.
Pernyataan Gabbard disampaikan setelah Ketua Komite Majelis Angkatan Bersenjata, nac Thornberry, berkata bahwa pemerintahan Donald Trump juga harus mempertimbangkan opsi militer.
"Usaha simbolik saja tidak cukup," kata Thornberry dilansir kantor berita TASS Selasa (16/1/2018).
Ucapan Thornberry juga diperkuat oleh Menteri Luar Negeri Rex Tillerson.
Tillerson menyatakan, Korut harus menerima "tekanan maksimal" untuk menghentikan program nuklirnya. Termasuk, dengan jalan kekerasan.
Baca juga : Pemberontak Suriah Berharap AS Buka Kembali Bantuannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.