ISLAMABAD, KOMPAS.com - Perdana Menteri Pakistan, Shahad Khaqan Abbasi, mengaku bingung dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Amerika Serikat (AS).
Sebelumnya, dalam kicuannya di Twitter Senin (1/1/2018), Presiden Donald Trump mengancam bakal menghentikan anggaran bantuan kepada Pakistan.
Alasannya, Pakistan dianggap gagal dalam memberantas keberadaan kelomok radikal di wilayahnya.
Sebagai respon, juru bicara Kementerian Luar Negeri Heather Nauert, AS memutuskan untuk menghentikan bantuan sementara.
Baca juga : AS Ancam Bakal Hentikan Anggaran Bantuan untuk Pakistan
Kantor Pembangunan Internasional AS melansir, pada 2016, AS memberikan bantuan senilai 778 juta dolar AS, atau sekitar Rp 10,4 triliun.
Sekitar 35 persen dari dana bantuan tersebut digunakan untuk keperluan militer. Sisanya dipakai untuk penguatan ekonomi.
Abbasi, seperti dikutip dari The Guardian Jumat (5/1/2018), mengatakan bahwa dana bantuan yang digembar-gemborkan tidak pernah seperti yang diberitakan.
Selama lima tahun, Abbasi menyatakan dana bantuan AS sekitar 10 juta dolar AS, sekitar Rp 134,1 miliar per tahun.
"Jelas jumlah tersebut tidak signifikan. Karena itu, saya bingung bantuan apa yang AS bicarakan," kata Abbasi.
Sumber pejabat senior mengiyakan perkataan Abbasi, dan menegaskan bakal segera mempublikasikan bantuan yang mereka terima dari Negeri Paman Sam secepatnya.
Abbasi juga menyanggah ucapan Trump bahwa mereka dianggap gagal memberantas kelompok radikal seperti Taliban.
Menurutnya, Pakistan tetap berada di garis depan untuk memerangi terorisme yang terjadi.
Abbasi menuturkan, perang melawan teroris tidak hanya menelan korban jiwa maupun warga mengalami luka-luka.
Ekonomi Pakistan juga diklaim menderita kerugian hingga 120 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 1.610 triliun.
Selain itu, Abbasi menegaskan Pakistan memerangi kelompok radikal dengan segala sumber daya yang mereka miliki.
"Jadi, jika ada yang mengatakan kami tidak mampu mengatasi terorisme, mereka salah. Kami berusaha memenangkan perang melawan teror hingga hari ini," ujar Abbasi.
Baca juga : Tanggapi Ancaman Trump, PM Pakistan Gelar Rapat Kabinet
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.