Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Sebut Buku Tentangnya Penuh Kebohongan

Kompas.com - 05/01/2018, 11:46 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com — Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan buku yang mengungkapkan kekacauan di Gedung Putih, termasuk seputar kampanyenya, penuh dengan kebohongan dan menyertakan sumber yang mengada-ada.

Dalam akun Twitter-nya, Trump mengaku tidak pernah berbicara dengan penulis buku berjudul Fire and Fury: Inside The Trump and White House, Michael Wolff.

"Saya tidak pernah memberikan akses ke Gedung Putih (bahkan menolaknya beberapa kali) untuk penulis buku palsu! Saya tidak pernah berbicara dengannya untuk sebuah buku," kicau Trump yang mengacu kepada Wolff.

"Buku itu penuh kebohongan, kesalahan representasi, dan sumber tidak pernah ada," lanjutnya.

Sebelumnya, melalui kuasa hukumnya, Trump berupaya menghentikan publikasi buku tersebut.

Melalui suratnya kepada Wolff, pengacara Charles Hardes mengatakan, kontribusi Steve Bannon, mantan ahli strategi utama Trump, dapat menimbulkan banyak tuntutan hukum, termasuk pasal penghinaan dan fitnah.

"Termasuk pelanggaran terhadap kerahasiaan. Tindakan hukum sebentar lagi terlaksana," tulisnya.

Dia meminta penerbit untuk segera menghentikan publikasi lanjutan, termasuk perilisan buku atau penyebarluasan buku.

Pengacara Trump juga meminta salinan lengkap buku itu sebagai bagian dari penyelidikan.

Buku karya Michael Wolff berjudul Fire and Fury: Inside The Trump White House, yang ditampilkan di situs web Amazon, Kamis (4/1/2018). (VOA) Buku karya Michael Wolff berjudul Fire and Fury: Inside The Trump White House, yang ditampilkan di situs web Amazon, Kamis (4/1/2018). (VOA)
Buku tersebut menjelaskan kekacauan di Gedung Putih yang diungkapkan Bannon.

Buku juga mengungkapkan sejumlah fakta menarik, seperti tidak ada satu orang pun yang berada di kubu Trump saat kampanye yang menyangkanya akan memenangi kursi kepresidenan.

Melania Trump bahkan merasa ngeri dengan prospek kemenangan suaminya. Dalam malam pemilihan presiden, ketika Trump secara jelas mengalahkan Hillary Clinton, Melania menangis, tetapi bukan karena gembira.

Bannon juga menyebutkan adanya pertemuan antara putra Trump, Donald Trump Jr, dan orang Rusia untuk menjatuhkan Hillary Clinton dalam Pilpres AS.

Selain itu, Putri Trump dan menantunya, Ivanka Trump dan Jared Kushner, dilaporkan membuat kesepakatan tentang siapa di antara mereka yang akan mencalonkan diri sebagai presiden di masa mendatang.

Wolff menulis, "Perempuan presiden pertama tidak akan dipegang Hillary Clinton, tetapi Ivanka Trump".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com