Untuk mencatat para peminjam, Ghareeb hanya menggunakan buku besar untuk menulis nama, nomor telepon, judul buku yang dipinjam, dan lama waktu peminjaman.
Ghareeb mengatakan, selama ini warga yang meminjam buku dari perpustakaannya sangat berkomitmen dan bersedia mengembalikan buku pada waktunya.
"Kalaupun ada warga yang terlambat mengembalikan, dia akan menelpon saya dan meminta tambahan waktu agar dia bisa menyelesaikan membaca buku itu," kata Ghareeb.
Para pelanggan perpustakaan miliknya pun beragam. Ada yang merupakan seorang profesional, intelektual, hingga pekerja di pabrik di sekitar kawasan itu.
Baca juga: Belanda Buka Perpustakaan dengan Koleksi Buku Indonesia Terbanyak di Dunia
Buku-buku yang paling sering dipinjam adalah buku sastra, seperti kumpulan puisi karya Bairam al-Tunisi dan Fouad Haddad. Setelahnya, buku tentang peninggalan budaya dan politik.
Namun yang disayangkannya, mereka yang kerap meminjam di perpustakaan milik Ghareeb adalah warga yang berusia 20 hingga 30-an.
Dengan kata lain, harapannya untuk menggerakkan para kaum muda agar mau membaca buku belum tercapai.
"Mereka yang masih muda tidak ingin repot dengan meminjam buku. Mereka lebih suka mencari informasi yang mereka butuhkan dari situs-situs komunikasi sosial," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.