DHAKA, KOMPAS.com - Lebih dari 630.000 pengungsi Rohingya harus pergi meninggalkan semua yang mereka miliki demi menyelamatkan diri dari kekerasan tentara Myanmar.
Mereka melewati perbatasan di selatan Bangladesh dengan meninggalkan desa, rumah, hewan ternak, barang berharga dan semua yang mereka pernah miliki.
Kini, semua itu hanya tersisa sebagai "memori" di dalam ingatan mereka dan juga dalam ponsel mereka.
Salah satu pengungsi, Mohammad Fahid (15), mengaku masih sering mengingat-ingat tentang kehidupannya di Rakhine.
Kadang dia mengingat teman-temannya dan setiap momen yang mereka habiskan bersama di Myanmar.
Dan ketika ditanya hal yang paling dirindukannya, Fahid menjawab dia paling merindukan saat-saat bersekolah.
"Aku ingat negaraku. Aku sangat merindukannya," kata dia.
Baca juga: Anak Perempuan Rohingya Terpaksa Menikah demi Dapat Jatah Makanan
Hidup di pengungsian yang padat tidak pernah mudah. Tanpa memiliki kesempatan untuk bekerja, para pengungsi paling khawatir dengan apa yang bisa mereka makan di hari esok.
Hampir 60 persen pengungsi Rohingya adalah anak-anak. Mereka menghabiskan waktu di pengungsian dengan berlarian di sekitar kamp dan terkadang membantu orangtua mereka mencari kayu bakar.
Saat tidak sedang bermain, Abdul Hasan (16), mencoba mengingat kembali kehidupannya di kampung halaman.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.