Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Rohingya Simpan "Memori" Kampung Halaman di Ponsel

Kompas.com - 28/12/2017, 16:13 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber Al Arabiya

DHAKA, KOMPAS.com - Lebih dari 630.000 pengungsi Rohingya harus pergi meninggalkan semua yang mereka miliki demi menyelamatkan diri dari kekerasan tentara Myanmar.

Mereka melewati perbatasan di selatan Bangladesh dengan meninggalkan desa, rumah, hewan ternak, barang berharga dan semua yang mereka pernah miliki.

Kini, semua itu hanya tersisa sebagai "memori" di dalam ingatan mereka dan juga dalam ponsel mereka.

Salah satu pengungsi, Mohammad Fahid (15), mengaku masih sering mengingat-ingat tentang kehidupannya di Rakhine.

Kadang dia mengingat teman-temannya dan setiap momen yang mereka habiskan bersama di Myanmar.

Dan ketika ditanya hal yang paling dirindukannya, Fahid menjawab dia paling merindukan saat-saat bersekolah.

"Aku ingat negaraku. Aku sangat merindukannya," kata dia.

Baca juga: Anak Perempuan Rohingya Terpaksa Menikah demi Dapat Jatah Makanan

Hidup di pengungsian yang padat tidak pernah mudah. Tanpa memiliki kesempatan untuk bekerja, para pengungsi paling khawatir dengan apa yang bisa mereka makan di hari esok.

Hampir 60 persen pengungsi Rohingya adalah anak-anak. Mereka menghabiskan waktu di pengungsian dengan berlarian di sekitar kamp dan terkadang membantu orangtua mereka mencari kayu bakar.

Saat tidak sedang bermain, Abdul Hasan (16), mencoba mengingat kembali kehidupannya di kampung halaman.

Dia pun memutar kembali rekaman video di ponselnya. Memperlihatkan saat Hasan dan teman-temannya berpesta kelapa setelah usai wisata sepulang sekolah.

Mereka menyanyikan lagu-lagu perjuangan yang menceritakan keberanian pemimpin Rohingya Ata Ullah, sambil menikmati air kelapa, tertawa dan dilanjutkan bermain saling lempar kelapa.

Anak pengungsi Rohingya duduk di dekat tumpukan bambu yang akan digunakan membangun tenda pengungsian di Naybara, Coxs Bazar.Ed Jones /AFP Anak pengungsi Rohingya duduk di dekat tumpukan bambu yang akan digunakan membangun tenda pengungsian di Naybara, Coxs Bazar.

Tak hanya kenangan menyenangkan yang mereka simpan. Di antara rekaman di ponsel para pengungsi, juga tersimpan saat-saat mencekam yang mereka lalui selama pelarian.

Baca juga: Militer Myanmar Disebut Bakar Desa yang Ditinggalkan Warga Rohingya

Mujib Ullah (22), sedang duduk di samping saudara perempuannya di dalam tenda penampungan yang gelap di kamp pengungsi Kutupalong.

Seketika terbesit di benaknya saat pasukan keamanan Myanmar menyerang desanya di Khularbil, bersama dengan desa tetangga Borgiyabil.

Halaman:
Sumber Al Arabiya
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com