RAMALLAH, KOMPAS.com - Penasihat Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengaku sangat kecewa dengan wacana yang didengungkan Guatemala.
Minggu (24/12/2017), Presiden Guatemala Jimmy Morales mengumumkan bakal memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Langkah ini dilakukan menyusul ucapan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Majdi al-Khalidi, penasihat bidang hubungan diplomatik sangat gusar dengan pernyataan Morales.
Baca juga : Ikuti AS, Guatemala Pindahkan Kedubes ke Yerusalem
"Keputusan yang dibuat sangatlah mengecewakan," keluh Khalidi seperti dikutip dari The Jerusalem Post Senin (25/12/2017).
Khalidi berujar, seharusnya Guatemala berpatokan kepada resolusi dalam sidang Dewan Umum PBB di New York Kamis (21/12/2017).
Khalidi menyatakan, dalam resolusi tersebut, segala bentuk misi diplomatik dianggap ilegal dan tidak ada.
"Merunut resolusi, tidak ada negara yang berhak memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem," papar Khalidi.
Israel mengakui keseluruhan Yerusalem sebagai ibu kota mereka. Sedangkan Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan mereka.
Sebelum perundingan damai antara Israel dan Palestina mencapai kata sepakat, setiap usaha pemindahan kedutaan berarti mengakui bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel.
"Kami harus melawan keputusan Guatemala melalui tekanan politik dan diplomatik," tegas Khalidi.
Baca juga : Pemuda Palestina Tewas Ditembak Polisi Israel
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.