Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Trump, Malam Natal di Betlehem Tak Semeriah Biasanya

Kompas.com - 25/12/2017, 02:41 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber AP, AFP


KOMPAS.com
—Misa malam Natal di Betlehem, Yerusalem, Minggu (24/12/2017), berlangsung tenang. Namun, peserta misa tak sebanyak tahun-tahun lalu, demikian pula turis yang ingin menikmati malam Natal di Tanah Suci tiga agama itu.

Langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel telah memicu sejumlah protes yang jamak berakhir bentrok dengan tentara Israel di Betlehem, Yerusalem.

Insiden ini tampaknya menahan hasrat sejumlah umat Kristiani untuk merayakan Natal di Betlehem seperti tahun-tahun lalu.

Kebijakan otoritas setempat yang membatasi perayaan demi mencegah kemungkinan yang tak diinginkan, ditambah dengan ramalan hujan akan turun, menambah alasan berkurangnya peserta misa malam Natal dan perayaan.

Meski begitu, ada saja yang tak peduli dengan semua itu. Claire Dailout, misalnya, tetap datang dari Perancis untuk merayakan Natal di Betlehem.

"Keputusan satu orang (Trump) tidak bisa mempengaruhi semua Tanah Suci," kata Dailout, seperti dikutip AP. "Yerusalem adalah milik semua orang, Anda tahu, dan akan selalu seperti itu, apapun yang dikatakan Trump."

Menjelang tengah hari, Minggu, ratusan orang berkumpul di Manger Square di dekat lokasi utama perayaan Natal di Betlehem. Spanduk-spanduk Natal berdampingan dengan spanduk protes untuk Trump.

Walikota Bethlehem, Anton Salman, mengatakan, perayaan Natal pada tahun ini sengaja dibatasi sebagai protes kepada Trump.

"Kami memutuskan membatasi perayaan Natal (hanya untuk) ritual keagamaan sebagai ungkapan penolakan dan kemarahan, sekaligus simpati terhadap korban yang jatuh dalam demonstrasi baru-baru ini (terkait pernyataan Trump)," ujar Salman.

James Thorburn, pengunjung dari London, mengatakan bahwa dia datang untuk menikmati liburan dan menunjukkan solidaritas dengan penduduk Bethlehem.

"Saya tahu banyak orang yang membatalkan (datang ke Betlehem)," kata Thorbunr. "(Namun), saya merasa harus datang untuk mendukung orang-orang Palestina."

Di Manger Square, ratusan warga Palestina dan wisatawan berkumpul di tengah udara dingin di dekat sebuah pohon Natal besar untuk menyaksikan parade tahunan yang menampilkan anak-anak anggota kepanduan.

Mereka mengabadikan pawai yang berjalan menuju alun-alun ke Church of the Nativity, di lokasi yang diyakini sebagai tempat Maria melahirkan Yesus dalam ajaran Nasrani. Pada tahun-tahun lalu, tradisi ini akan dipadati turis.

Sami Khoury, yang mengelola portal pariwisata Visit Palestine, mengatakan banyak pengunjung membatalkan perjalanan Natal mereka.

"Bahkan tidak banyak orang Palestina, apalagi turis, pada perayaan tersebut," kata Khoury, seperti dikutip AFP. "Rasanya tidak seperti Natal."

Di alun-alun, Joon Hong (35 tahun), yang datang dari Korea Selatan mengaku tetap datang karena ingin mengalami atmosfer Natal di tempat itu, sekalipun dia mengaku bukan orang religius.

"Orang terlihat bahagia dan siap untuk Natal, pertunjukannya juga bagus," kata Hong kepada AFP.

Nahil Banura, pemeluk Kristen dari Beit Sahur, dekat Betlehem, berpendapat pernyataan Trump soal Yerusalem telah membuat persiapan Natal pada tahun ini berantakan.

Sekitar 50.000 warga Palestina memeluk agama Kristen. Jumlah mereka sekitar 2 persen populasi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Hanya Kementerian Pariwisata Israel yang menyatakan persiapan Natal pada tahun ini tak terpengaruh pernyataan Trump. Seperti dikutip AFP, mereka bahkan menyebut jumlah wisatawan Natal pada tahun ini diperkirakan naik 20 persen dibandingkan pada 2016.

Mitri Raheb, pastor dari Gereja Natal Lutheran Evangelikal di Bethlehem, menyebut Natal tahun ini sebagai campuran kesedihan dan kegembiraan gara-gara pernyataan Trump itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com