Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/12/2017, 03:22 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

YERUSALEM, KOMPAS.com — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam pemungutan suara yang dilakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Kamis (21/12/2017) yang menolak keputusan pengakuan AS atas Yerusalem.

Namun, Netanyahu melihat tetap ada hal positif dari sesi pemungutan suara atas rancangan resolusi oleh Majelis Umum PBB tersebut.

Hal positif tersebut adalah berkaitan dengan jumlah negara yang memutuskan menolak resolusi tersebut.

"Israel benar-benar menolak resolusi PBB yang tidak masuk akal ini. Yerusalem adalah ibu kota kami sejak dulu dan akan selalu demikian," kata Netanyahu dalam video yang diunggah juru bicaranya.

Baca juga: Netanyahu Balas Pernyataan Erdogan yang Sebut Israel Negara Teroris

"Namun, saya tetap mengapresiasi kenyataan bahwa negara yang menolak berpartisipasi dalam panggung sandiwara yang tak jelas ini semakin bertambah," lanjutnya.

Dikutip dari AFP, dalam pemungutan suara yang dilakukan Majelis Umum PBB, sebanyak 128 negara memilih setuju, sedangkan sembilan negara menentang rancangan resolusi terkait Yerusalem.

Selain AS dan Israel, ada tujuh negara lain, yakni Guatemala, Honduras, Togo, Mikronesia, Nauru, Palau, dan Kepulauan Marshall, yang memilih menolak rancangan resolusi.

Selain itu, 35 negara, di antaranya Argentina, Australia, Kanada, Kroasia, Ceko, Hongaria, Latvia, Meksiko, Filipina, Rumania, dan Rwanda, memutuskan abstain.

Fakta ini dilihat sebagai hal yang positif oleh Netanyahu.

Pada kesempatan itu, Netanyahu juga mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada AS, terutama Presiden Trump dan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley, yang terus mendukung Israel.

Baca juga: AS Akan Tetap Pindahkan Kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com