Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Betah, Sebagian Pembelot Korut di Korsel Ingin Pulang Kampung

Kompas.com - 15/12/2017, 16:55 WIB

SEOUL, KOMPAS.com - Kwon Chol Nam melarikan diri dari Korea Utara ke China dengan mengarungi sungai di perbatasan pada malam hari dan harus merangkak di bawah pagar kawat berduri.

Lalu, dia harus melakukan perjalanan panjang dan berbahaya di China, dengan melewati belantara hutan di Laos untuk sampai ke Thailand.

Barulah dari Thailand Kwon akhirnya terbang ke Korea Selatan untuk memulai kehidupan baru.

Itulah perjuangan yang dia alami tiga tahun lalu. Namun setelah melewati banyak bahaya, risiko, dan kesulitan, ia kini ingin kembali ke Korea Utara.

Baca juga : Korea Utara Perkuat Perbatasan yang Diterobos Tentara Pembelot

Korea Selatan ternyata tidaklah seperti yang dia harapkan dan pria itu sangat rindu keluarganya.

"Korea Utara adalah rumah saya, di situlah anak saya hidup dan orang tua saya meninggal," katanya.

"Tak ada harapan untuk tinggal di sini. Saya telah mengalami begitu banyak pelecehan dan diperlakukan seperti warga kelas dua," tambah dia.

Selama beberapa dekade terakhir ribuan warga Korea Utara mempertaruhkan nyawa untuk melarikan diri dari penindasan di tanah kelahiran mereka dan mencari perlindungan di Korea Selatan.

Namun sekarang tanpa diduga, jumlah pembelot yang ingin kembali ke tanah air mereka terus bertambah.

Mereka mengatakan Korea Selatan bukanlah tanah yang menawarkan kebebasan dan kemakmuran yang dijanjikan.

Kwon hidup dalam kemiskinan dan terisolasi dalam sebuah ruangan kecil di pinggiran kota Seoul. Pembayaran uang sewa tempat tinggalnya tergantung sumbangan.

Baca juga : Di Ranjang RS, Prajurit Pembelot Korut Nonton Transformer dan K-Pop

Ia menganggur dan mengaku saat bekerja sebagai buruh mendapat bayaran jauh lebih sedikit daripada rekan-rekan kerjanya, atau bahkan tidak dibayar sama sekali.

Ia mengaku menderita stigma sebagai orang yang datang dari Korea Utara, dengan mengatakan sebagian besar warga Korea Selatan melihatnya terbelakang atau bodoh.

"Saya kesepian dan sebagian besar pendatang dari Korea Utara berpikir yang sama," katanya.

"Orang Korea Selatan tidak mau bersosialisasi dengan kita, mereka tidak memperlakukan kita seperti manusia," tambah dia.

"Meskipun Korea Utara lebih miskin, saya merasa lebih bebas di Korea Utara. Tetangga dan orang-orangnya saling membantu satu sama lain dan saling bergantung satu sama lain."

"Hidup lebih sederhana di sana dan di sini (Korea Selatan) mereka hanya diperbudak uang," dia menegaskan.

Baca juga : Pembelot: Rezim Kim Jong Un Jauh Lebih Buruk dari Laporan Media

Kwon telah mencoba untuk kembali secara ilegal melalui China, namun saat hendak pergi pemerintah Korea Selatan menangkapnya dan dia mendekam beberapa bulan di penjara.

Pendatang Korea Utara dengan segera mendapat kewarganegaraan Korea Selatan. Dan sebagai warga negara, mereka dilarang secara hukum untuk memiliki kontak atau mengunjungi negeri kelahirannya.

Namun sekarang Kwon memimpin sebuah kampanye agar pemerintah Korea Selatan mengubah undang-undang dan mengizinkan pendatang asal Korea Utara pulang ke tanah kelahirannya.

Diyakini saat ini sekitar 80 orang pendatang Korea Utara yang secara aktif berusaha untuk kembali pulang.

Kwon telah menghabiskan beberapa bulan terakhir untuk melakukan protes dan melobi PBB serta parlemen Korea Selatan.

Ada sekitar 25.000 orang warga asal Korea Utara yang tinggal di Korea Selatan. Mereka berjuang untuk menyesuaikan diri dengan sistem kapitalis yang sangat kompetitif dan ritme kehidupan yang lebih cepat di Korea Selatan.

Baca juga : Kisah Misi 100 Menit Pilot Pembelot Bawa Pergi Keluarganya dari Kuba

Studi memperkirakan lebih dari setengah warga Korea Utara tersebut mengalami diskriminasi dan depresi. Dan angka pengangguran di antara mereka enam kali lebih tinggi dari rata-rata warga Korea Selatan.

Diperkirakan 25 persen dari seluruh pendatang asal Korea Utara sudah serius mempertimbangkan untuk kembali ke kampung halaman mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com