Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Mana ISIS Mendapatkan Senjatanya?

Kompas.com - 15/12/2017, 11:04 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber CNN


WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Badan penelitian Belgia melaporkan mayoritas senjata yang digunakan kelompok Negara Islam Suriah dan Irak (ISIS) sejak 2014 berasal dari China, Rusia, dan Eropa Timur.

Dilansir dari CNN, Kamis (14/12/2017), Badan Riset Senjata Perang (CAR) menerjunkan sebuah tim investigasi lapangan di garis depan ISIS, baik di Irak maupun Suriah, pada Juli 2014 hingga November 2017.

Peneliti ditempatkan di pasukan pemerintah yang melawan ISIS. Mereka menganalisis lebih dari 40.000 senjata yang ditinggalkan oleh pasukan ISIS.

Berbagai perlengkapan perang milik ISIS dianalisis, termasuk senjata amunisi, dan komponen senjata kimia yang dibeli ISIS untuk menciptakan alat peledak.

Baca juga : Irak Hukum Gantung 38 Anggota ISIS dan Al-Qaeda

Direktur Eksekutif CAR, James Bevan mengatakan pengiriman senjata itu awalnya ditujukan untuk kelompok pejuang yang berada di daerah konflik, hingga akhirnya menjadi jalan menuju pembentukan ISIS.

"Senjata tersebut cenderung ke kelompok pemberontak paling terorganisir," katanya.

Dalam penelitian tersebut terungkap sebanyak 90 persen senjata dan amunisi merupakan buatan China, Rusia, dan Eropa Timur. Namun, laporan itu juga memperlihatkan beberapa senjata ISIS berasal dari AS dan Arab Saudi.

Pada saat yang sama, CAR juga menemukan beberapa jenis senjata ISIS yang ditemukan ternyata telah dialihkan dari wilayah konflik lainnya seperti Libya, dan berpindah ke Irak dan Suriah.

Baca juga : Militer Rusia Siaga dari Kemungkinan Kembalinya Anggota ISIS

Kepala peneliti laporan tersebut, Damien Spleeters mengatakan ISIS telah mampu memproduksi senjata secara mandiri melalui suplai yang didapat dari rantai pasok sejak 2014.

Banyak suplai bahan kimia untuk senjata yang diproduksi dan dipasok berasal dari pabrik dan distributor yang sama, terutama Turki.

Spleeters manyatakan distributor biasanya menyalurkan senjata melalui perantara yang pada akhirnya bekerja dengan ISIS.

Hal itu memungkinkan kelompok teror tersebut terus mempertahankan rantai pasok senjata yang kuat.

Baca juga : Suriah Dirikan Pusat Rehabilitas Eks Anggota ISIS

Ketika ISIS telah kehilangan kendali atas dua kota penting di Irak, Mosul dan Raqqa, serta wilayah lainnya di Irak dan Suriah, ISIS masih memiliki persenjataan berat seperti anti-tank yang canggih.

Selain itu, ISIS masih punya senjata peledak yang bisa mengancam pasukan koalisi Amerika Serikat yang terus berjuang menggempur kelompok pemberontak.

Banyak juga senjata ISIS yang ditemukan merupakan buatan 10 tahun terakhir dan telah dikirim ke wilayah itu sejak mulainya perang saudara di Suriah pada 2011.

Baca juga : Uni Afrika Peringatkan Kembalinya 6.000 Anggota ISIS ke Benua Hitam

Dengan konflik yang berbahaya terus berlanjut di banyak titik di Timur Tengah dan Afrika, rantai distribusi persebaran senjata menjadi fokus penting dalam beberapa tahun ke depan.

"Pendorong utama pasokan senjata ilegal bukanlah perusahaan dan negara yang memproduksi senjata," tulis laporan itu.

"Namun, pemerintah dan entitas yang mendapatkan senjata secara resmi dan kemudian mengalihkannya ke pengguna yang tidak berwenang," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com