WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Badan penelitian Belgia melaporkan mayoritas senjata yang digunakan kelompok Negara Islam Suriah dan Irak (ISIS) sejak 2014 berasal dari China, Rusia, dan Eropa Timur.
Dilansir dari CNN, Kamis (14/12/2017), Badan Riset Senjata Perang (CAR) menerjunkan sebuah tim investigasi lapangan di garis depan ISIS, baik di Irak maupun Suriah, pada Juli 2014 hingga November 2017.
Peneliti ditempatkan di pasukan pemerintah yang melawan ISIS. Mereka menganalisis lebih dari 40.000 senjata yang ditinggalkan oleh pasukan ISIS.
Berbagai perlengkapan perang milik ISIS dianalisis, termasuk senjata amunisi, dan komponen senjata kimia yang dibeli ISIS untuk menciptakan alat peledak.
Baca juga : Irak Hukum Gantung 38 Anggota ISIS dan Al-Qaeda
Direktur Eksekutif CAR, James Bevan mengatakan pengiriman senjata itu awalnya ditujukan untuk kelompok pejuang yang berada di daerah konflik, hingga akhirnya menjadi jalan menuju pembentukan ISIS.
"Senjata tersebut cenderung ke kelompok pemberontak paling terorganisir," katanya.
Dalam penelitian tersebut terungkap sebanyak 90 persen senjata dan amunisi merupakan buatan China, Rusia, dan Eropa Timur. Namun, laporan itu juga memperlihatkan beberapa senjata ISIS berasal dari AS dan Arab Saudi.
Pada saat yang sama, CAR juga menemukan beberapa jenis senjata ISIS yang ditemukan ternyata telah dialihkan dari wilayah konflik lainnya seperti Libya, dan berpindah ke Irak dan Suriah.
Baca juga : Militer Rusia Siaga dari Kemungkinan Kembalinya Anggota ISIS
Kepala peneliti laporan tersebut, Damien Spleeters mengatakan ISIS telah mampu memproduksi senjata secara mandiri melalui suplai yang didapat dari rantai pasok sejak 2014.
Banyak suplai bahan kimia untuk senjata yang diproduksi dan dipasok berasal dari pabrik dan distributor yang sama, terutama Turki.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.