Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unggah Video Pengusiran Buruh Migran ke Medsos, Seniman China Buron

Kompas.com - 14/12/2017, 14:40 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Seorang seniman asal Beijing pergi meninggalkan ibu kota China itu setelah mengunggah video ke media sosial soal pengusiran para pekerja migran dari rumah mereka.

Kemudian lewat sebuah video yang diunggah ke Twitter, Hua Yong, nama seniman itu, mengatakan, dia kini tengah kabur setelah mengunggah video pengusiran tersebut.

Lewat akun Twitternya pada 8 Desember lalu, Hua mengatakan, sejak mengunggah video tersbeut dia kini selalu diawasi pemerintah.

Pada pertengahan November lalu, kebakaran melanda sebuah blok permukiman di distrik Daxing, sisi selatan Beijing. Kebakaran itu menewaskan 19 orang.

Baca juga : Berhemat, Seorang Buruh di China Tinggal di Dalam Goa

Sejak tragedi itu, pemerintah China meluncurkan sebuah kampanye kontroversial terkait keselamatan yang di dalamnya termasuk pengusiran ribuan pekerja migran dari rumah-rumah kontrakan murah.

Hua mengklaim, sebanyak 100.000 orang terdampak kampanye tersebut. Demikian dikabarkan Radio Free Asia (RFA), media yang didanai pemerintah AS.

"Sebagian warga yang diusir masih memiliki air bersih dan aliran listrik di Daxing, tetapi mereka tak memiliki pemanas atau toko untuk membeli kebutuhan sehari-hari karena semuanya ditutup," ujar Hua kepada RFA.

Salah satu adegan dalam video itu memperlihatkan Hua menyusuri jalan di depan sederetan bangunan yang sudah diruntuhkan.

Dalam adegan lain, Hua mewawancarai seorang pekerja migran yang menjadi korban pengusiran.

Pekerja itu mengatakan, pemerintah mengancam akan menggunakan forklift untuk mengeluarkannya dari rumah jika dia menolak pergi.

Zhiu Xinci, istri seorang buruh pabrik yang pindah ke Beijing bersama keluarganya empat tahun lalu menceritakan pengusiran tersebut.

"Pemerintah mengusir orang-orang dari apartemen dan menghancurkan barang-barang mereka. Bagaimana anak-anak tidak menjadi takut? Putra saya begitu ketakutan hingga tak bisa tidur di malam hari," ujarnya.

Baca juga : Hangatkan Diri dengan Bakar Sampah, Pekerja di China Ditahan

Pengusiran dan penggusuran yang disebut pemerintah Beijing sebagai sebuah langkah antisipasi telah menuai banyak kecaman warga kelas menengah lewat media sosial.

Sejumlah warga menyebut pengusiran itu menunjukkan ketimpangan di China yang mencegah warga migran miskin menikmati status yang sama dengan warga lainnya.

Pemerintah China memiliki sebuah sistem pendaftaran warga yang disebut "hukou". Jika pekerja migran yang datang dari pedesaan harus mendapatkan "hukou" di perkotaan.

Jika tidak, maka mereka tidak bisa mendapatkan layanan pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial lainnya.

Sebagian besar pekerja migran di Beijing tinggal di rumah-rumah kontrakan murah di pinggiran ibu kota China itu.

Mereka biasanya adalah buruh pabrik, tukang bangunan, kurir pengantar barang, sopir, petugas kebersihan, atau penata rambut.

Beberapa dari mereka memiliki bisnis kecil-kecilan seperti membuka toko yang menjual kebutuhan sehari-hari dan barang-barang murah.

Banyak dari para pekerja migran ini yang sudah tinggal bertahun-tahun di kawasan permukiman padat itu bersama dengan keluarga mereka.

Hua sendiri pernah ditangkap pada 2012 setelah menggelar sebuah aksi seni di Lapangan Tiananmen. Dia kemudian dijatuhi hukuman kerja paksa selama satu tahun.

Baca juga : Orang Bersenjata Tembaki Pekerja China di Nigeria, 1 Tewas

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com