Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Dunia Ramai-ramai Kecam Rencana Pengakuan Yerusalem

Kompas.com - 06/12/2017, 16:38 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Arab News,AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS, Donald Trump, baru dijadwalkan memberi keterangan pers pada Rabu (6/12/2017) pukul 13.00 waktu setempat.

Sumber di Gedung Putih menyatakan, dalam keterangan resmi, Trump dilaporkan bakal mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Hal itu ditandai dengan wacana pemindahan kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Kabar itu memantik reaksi dunia, dengan sebagian besar mengecam rencana pengakuan yang akan dibuat Trump.

Raja Salman dari Arab Saudi, seperti dilansir SPA, telah mewanti-wanti agar Washington mengurungkan niat mendukung Israel. Sebab, hal itu bakal mencederai perasaan umat agama tertentu.

Baca juga : Trump Diklaim Bakal Akui Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel

Apalagi, di Yerusalem tidak hanya memiliki situs agama milik Yahudi seperti Tembok Ratapan.

Namun juga mempunyai Gereja Makam Kudus yang dikelola umat Kristen, dan Masjid Al-Aqsa yang merupakan tempat suci umat Islam.

"Rencana pengakuan Washington terhadap Yerusalem hanya akan merusak perdamaian yang sudah terjalin di Timur Tengah," ujar SPA via Arab News Selasa (5/12/2017).

China, seperti dilansir jurubicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang berkata, niat Trump mengakui Yerusalem bakal mengeskalasi tensi di Timur Tengah.

"Semua pihak seharusnya berhati-hati dengan ucapan, pikiran, maupun tindakan demi tercapainya perdamaian di Timur Tengah," ujar Shuang dikutip AFP Rabu (6/12/2017).

Suriah, melalui kantor berita SANA, menilai langkah pemerintahan Trump sebagai tindakan yang berbahaya.

"AS telah melakukan penghinaan terhadap hukum internasional yang berlaku," demikian laporan SANA mengutip pernyataan kementerian luar negeri Damaskus.

Dari Tahta Suci Vatikan, Paus Fransiskus menyerukan agar baik Israel maupun AS menghormati "status quo" Yerusalem.

Sementara Utusan PBB untuk Timur Tengah, Nickolay Mladenov berujar bahwa status Yerusalem seharusnya dinegosiasikan terlebih dahulu antara Israel dan Palestina.

"Di masa depan, Israel dan Palestina harus duduk bersama, dan membahas secara serius mengenai Yerusalem," ujar Mladenov.

Baca juga : Liga Arab: Pengakuan AS Terkait Yerusalem Bisa Picu Kekerasan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Arab News,AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com