Dalam pidato publiknya, Paus Fransiskus mendesak persatuan, belas kasih, dan rasa hormat untuk semua kelompok etnis. Namun, dia tidak menyebut istilah Rohingya.
"Paus adalah orang suci, tapi dia mengatakan sesuatu di sini (di Myanmar), dan dia mengatakan berbeda di negara lain," tulis pengguna Facebook, Ye Linn Maung.
"Dia harus mengatakan hal yang sama jika dia mencintai kebenaran," tambahnya.
Baca juga : Ternyata, Rakyat Rohingya Tidak Tahu Paus Fransiskus
Sementara, beberapa pihak justru mendukung tindakan Paus Fransiskus yang memiliki bahasa berbeda terkait Rohingya, ketika meninggalkan Myanmar.
Ketua partai nasionalis tidak resmi Myanmar, Maung Thway Chun, memuji keputusan paus untuk tidak menyebutkan istilah "Rohingya" di Myanmar, meski mendapat tekanan dari kelompok hak asasi manusia.
"Itu berarti dia menghormati Myanmar," katanya.
"Dia bahkan tidak sering menggunakan kata itu ketika berada di Bangladesh. Saya pikir dia pernah mengatakannya sekali," tambahnya.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan