YANGON, KOMPAS.com - Warga net di Myanmar mengecam kunjungan Paus Fransiskus ke Bangladesh untuk menemui etnis Rohingya. Pasalnya, pertemuan tersebut tidak dilakukan secara terbuka.
Pada Jumat (1/12/2017), kepala gereja Katolik itu bertemu dengan sekelompok pengungsi dari etnis Rohingya di ibukota Bangladesh, Dhaka.
Paus menyebut mereka sebagai "Rohingya", sebuah istilah yang tidak dapat diterima banyak orang di Myanmar. Mereka menganggap etnis minoritas tersebut sebagai imigran gelap "Bengali" ketimbang kelompok etnis tertentu.
Dalam pidatonya di Myanmar sebelumnya, Paus Fransiskus tidak menyebut nama kelompok tersebut, namun langusng mengacu pada krisis negara bagian Rakhine, dengan lebih dari 620.000 orang mengungsi sejak Agustsu 2017.
Baca juga : Akhirnya, Paus Fransiskus Ucapkan Rohingya
Dilansir dari AFP, Minggu (3/12/2017), ketika kembali ke Vatikan, dia menyatakan telah mengetahui penderitaan etnis Rohingya secara pribadi di Myanmar.
"Saya menangis. Saya mencoba melakukannya dengan cara yang tidak dapat dilihat. Mereka juga menangis," katanya.
Komentar tersebut memicu kebingungan sekaligus kemarahan di media sosial di Myanmar.
"Dia seperti kadal yang warnanya telah berubah karena cuaca," kata pengguna Facebook, Aung Soe Lin.
"Dia harus menjadi penjual atau broker karena menggunakan kata-kata yang berbeda, meskipun dia adalah seorang pemimpin agama," tulis pengguna Facebook lainnya, Soe Soe.
Baca juga : Sekelompok Pengungsi Rohingya Ingin Bertemu Paus Fransiskus
Gereja Katolik Myanmar telah menyarankan Paus Fransiskus untuk tidak menyimpang ke dalam isu pembekuan stasus Rohingya di Myanmar, karena dapat memperburuk ketegangan.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan