Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Manusia di Libya Ungkap Jual Beli Budak Imigran

Kompas.com - 30/11/2017, 11:02 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber Al Jazeera


Badan kesehatan Libya menyebut kamar mayat di selatan kota Sabha mengalami kelebihan jenazah, dan dengan pendingin yang rusak membuat situasi makin memburuk.

Pemerintah kota Sabha menyebut, mayat-mayat imigran biasanya dibuang di pepohonan, sekitar lima tau lebih mayat juga dapat ditemukan di pagar klinik kesehatan Sabha.

Pengungsi yang meninggal tidak pernah bisa diindentidikasi, sehingga kebanyakan berakhir dengan dimakamkan tanpa nama dan nisan.

Sementara, kamar mayat di Shaba memiliki satu alat pendingin yang hanya mampu menahan jenazah selama tiga hari, namun nampaknya sudah berbulan-bulan jenazah ditampung di pendingin.

Baca juga : Temuan 36 Jasad Penuh Luka, Panglima Tertinggi Libya Diselidiki

Mayat yang tersimpan di alat pendingin terlalu lama biasanya membusuk dan menyebabkan bau amis.

"Kami telah meminta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membantu kami dengan memberikan alat pendingin baru. Tapi kami belum mendapatkan respons yang positif dari mereka," kata pejabat pemerintah kota Sabha.

Pintu gerbang menuju Eropa

Pengungsi dan imigran di Libya biasanya berasal dari Ghana, Nigeria, Cameroon, Zambia, Senegal, Gambia dan Sudan.

Mereka diselundupkan ke Libya oleh jaringan kelompok kriminal karena dijanjikan dapat pergi ke Eropa.

Libya telah menjadi pintu gerbang menuju ke Eropa melalui jalur laut, dengan lebih dari 150.000 orang bertaruh nyawa menyeberangi laut, selama tiga tahun terakhir.

Baca juga : Pesawat Udara Serang Kota Derna di Libya, Belasan Warga Sipil Tewas

Organisasi Migrasi Internasional (IOM) telah melakukan wawancara dengan imigran dari negara-negara di Afrika Barat yang menceritakan pengalaman mereka diperjualbelikan di garasi dan parkiran di kota Shaba.

Salah satu imigran asal Senegal menyebutkan, dia ditahan di sebuah rumah pribadi di Shaba bersama 100 ornag lainnya. Mereka dipukul dan dipaksa untuk menghubungi keluarga mereka agar menyiapkan uang tebusan guna membebaskan mereka.

Beberapa yang tidak dapat membayar penyelundupnya juga dilaporkan dibunuh dan dibiarkan hingga mati kelaparan. Ketika imigran mati atau sudah dibebaskan, akan masuk imigran lainnya menggantikan tempat mereka.
 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com