NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, menyerukan adanya penghormatan terhadap hak-hak kemanusiaan atas krisis yang terjadi di Myanmar.
Pidato itu disampaikan pasca-pertemuannya dengan pemimpin sipil Myanmar, Aung San Suu Kyi di Nyapyidaw Selasa (28/11/2017).
Selama pertemuannya dengan Suu Kyi, paus ke-266 dalam sejarah gereja Katolik Roma itu sama sekali tidak memasukkan kata "Rohingya".
Fransiskus menggantinya dengan krisis kemanusiaan di Myanmar yang sudah begitu gawat.
Sebelum melawat Myanmar, banyak pihak sempat memperingatkan Fransiskus agar tidak menggunakan "Rohingya".
Baca juga : Tiba di Myanmar, Akankah Paus Fransiskus Gunakan Istilah Rohingya?
Sebab, kata itu berpotensi memicu sentimen rakyat Myanmar kepada Rohingya.
Sejak 1982, Myanmar menghapus Rohingya dari daftar kewarganegraan, dan menyebut mereka sebagai "Bengalis", atau imigran ilegal dari Bangladesh.
"Kedamaian hanya bisa dicapai melalui penghormatan akan hak asasi dan keadilan. Termasuk kepada setiap etnis dan identitas mereka," kata Fransiskus dilansir kantor berita AFP.
Senada dengan Fransiskus, Suu Kyi dalam pidatonya juga sama sekali tak menyebut Rohingya.
Dia menyebut krisis di Rakhine hanyalah satu dari segala tantangan yang tengah dihadapi pemerintahannya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.