Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Australia, Pelukis Difabel Indonesia Ini Wujudkan Mimpinya

Kompas.com - 25/11/2017, 13:09 WIB

ADELAIDE, KOMPAS.com - Dengan posisi tengkurap dan badan yang dibungkus selimut untuk menahan dinginnya cuaca kota Adelaide, Faisal menopang tubuhnya dengan kedua sikunya.

Lalu, mulutnya menggigit kuas yang menggoreskan warna-warna yang cerah di atas kanvas, dan sesekali ia harus membuang kulit batang kuasnya yang terkelupas, karena terlalu lama digigit.

Musim dingin lalu, sekitar bulan Juni, Faisal Rusdi, pelukis difabel asal Bandung harus menyelesaikan 19 lukisan untuk pameran tunggalnya.

"Saya melukisnya hampir setiap hari dari pukul delapan pagi hingga menjelang malam, dengan hanya beristirahat untuk makan dan shalat," ujar Faisal saat dihubungi ABC Melbourne.

Baca juga : Keyakinan Atlet Difabel Sumatera Utara

Faisal mengaku hanya memiliki waktu kurang dari empat bulan untuk menggelar pameran tunggal pertamanya di sebuah galeri di balai kota City of West Torrens, tak jauh dari pusat kota Adelaide.

"Tawaran ini menjadi berarti bagi saya, karena pada awalnya saya ke Adelaide, sempat diragukan dengan kondisi saya sebagai difabel," kata Faisal.

Faisal lahir dengan kondisi celebral palsy, yang menyebabkan tangan dan kakinya tidak berfungsi.

Ia sudah hampir dua tahun tinggal di Adelaide, menemani istirnya, Cucu Saidah, yang juga difabel, yang sedang menempuh jenjang S2 bidang kebijakan publik di Flinders University.

"Waktu saya mengajukan visa, karena memiliki disabilitas, saya sempat disuruh membuat proposal apa yang akan dilakukan di Australia, mungkin takut dianggap merepotkan negara karena saya tidak bisa membawa asisten pribadi."

Faisal berhasil membuktikannya. Sejak 13 November lalu, 21 hasil karya yang mengambarkan pengalaman-pengalamannya sudah dipamerkan di West Torrens Auditorium Gallery dengan judul 'Colour of The Journey'.

Pameran yang hanya menampilkan hasil karyanya ini menjadi jawaban atas harapan dan cita-citanya sejak lama, yang bahkan belum pernah terwujud saat ia tinggal di Indonesia.

"Saya menggunakan teknik titik-titik dengan menggunakan bahan kanvas dan cat minyak," jelasnya.

Baca juga : Dzoel Fotografer Difabel, dari Tukang Foto KTP sampai Bertemu Dian Sastro

Faisal mengaku menggelar pameran tunggal di Australia adalah hal cukup sulit, karena galeri-galeri di Australia lebih mengutamakan seniman-seniman lokal.

"Saat kami pindah kontrakan, kami bertemu dengan pemilik rumah yang kebetulan juga pelukis. Saya langsung saja menanyakan bagaimana cara menggelar pameran tunggal."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com