DARWIN, KOMPAS.com - Sebuah pemandangan langka terjadi di Sungai Adelaide di Darwin, Australia, Minggu (19/11/2017).
Itu setelah operator kawasan pariwisata melihat seekor buaya albino berenang di sana.
Dilansir dari BBC Selasa (21/11/2017), buaya bernama Pearl itu diperkirakan memiliki panjang sekitar 10 kaki, atau tiga meter.
"Semuanya sangat tertarik," kata seorang ketua lembaga konservasi setempat yang hanya dipanggil Broady. "Aku sampai menangis sepanjang hari," lanjutnya.
Banyak yang percaya, Pearl memiliki hubungan dengan buaya yang telah membunuh seorang nelayan pada 2014.
Menurut peneliti di Universitas Charles Darwin, Adam Britton, kondisi yang dialami Pearl dikenal dengan istilah hypomelanism.
Baca juga : Puluhan Kuda Nil Keroyok Seekor Buaya di Taman Nasional Serengeti
Hypomelanism adalah kondisi dimana tubuh mengalami kekurangan pigmen melanin.
Hal ini berdampak kepada mutasi warna kulit, hingga pola kulit yang berbeda dari kebanyakan.
Dalam kasus Pearl, buaya Australia biasanya mempunyai warna abu-abu sampai hijau untuk membantu kamuflase.
"Selama masa inkubasi, jika sarang terlalu panas, maka akan berdampak kepada pendistribusian sel," terang Britton.
Meski begitu, Britton menyatakan bahwa Pearl merupakan contoh kasus yang langka.
Sebab, sangat jarang buaya liar mengalami kondisi hypomelanism. Kondisi itu umumnya terjadi di peternakan buaya.
Selain itu, Britton juga melihat tidak semua buaya liar albino bisa bertahan hidup hingga dewasa.
"Saya sering melihat kondisi buaya seperti itu. Namun, tidak dengan yang besar di alam liar," beber Britton.
Baca juga : Pria di India Ini Terbangun karena Suara Buaya
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.