Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terekam, Pelelangan Budak Afrika Seharga Rp 5,4 Juta Per Orang

Kompas.com - 21/11/2017, 08:03 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber Telegraph


TRIPOLI, KOMPAS.com - Pemerintah Libya sedang menyelidiki perdagangan manusia para imigran Afrika yang dijual dalam pelelangan budak.

Sebuah rekaman yang ditayangkan CNN pekan lalu menunjukkan eksistensi pasar budak modern yang telah diketahui selama berbulan-bulan, menurut kesaksian dari Organisasi Internasional untuk Migrasi, dan badan kemanusiaan lainnya.

Rekaman CNN menunjukkan para pembeli menawar harga para imigran. Mereka dijual dengan harga masing-masing 400 dolar Amerika Serikat atau Rp 5,4 juta.

Seorang pria asal Afrika Barat mengatakan,"Tentu, saya dijual". Yang lain menceritakan bagaimana mereka dipukuli oleh 'pemilik' mereka saat mulai bekerja.

Baca juga : Bagi ISIS, Perempuan Yazidi adalah Barang Dagangan dan Budak Seks

Rekaman itu mengingatkan peristiwa yang terjadi pada abad 19, ketika perdagangan budak menyebar luas. Para pelelang terlihat sedang mengiklankan sekelompok imigran Afrika Barat sebagai "pria yang kuat untuk pekerjaan pertanian".

Dilansir dari Telegraph, Senin (20/11/2017), Ahmed Metig, wakil perdana menteri Lybia yang didukung PBB mengatakan, bakal menyelidiki dugaan penjualan manusia itu.

Dia akan membentuk komisi untuk menyelidiki laporan sehingga dapat menangkap dan membawa pelaku perdagangan manusia ke pengadilan.

Tak hanya puluhan ribu imigran dari Afrika Barat, ada juga yang berasal dari Bangladesh, Somalia, Sudan, dan Eritrea. Mereka bertahan di tenda dan gudang di pangtai Libya, berharap bisa mencapai Eropa.

Baca juga : Migran Afrika Diperdagangkan di Pasar Budak Libya

Ketika gudang itu menjadi penuh sesak atau imigran tak dapat membayar perjalanan perahu menuju Italia, mereka akan dijual.

Sementara, imigran yang berhasil diselamatkan dan dibawa ke Italia, mengungkapkan penyiksaan dan perkosaan yang dilakukan oleh para pedagang manusia di Libya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Telegraph
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com