Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 18/11/2017, 10:49 WIB
|
EditorArdi Priyatno Utomo

BRUSSELS, KOMPAS.com - Sidang perdana permintaan ekstradisi yang dilayangkan Spanyol untuk presiden tersingkir Catalonia, Carles Puigdemont, digelar Jumat (17/11/2017).

Dalam sidang tersebut, jaksa penuntut Belgia meminta pengadilan federal segera mengekstradisi Puigdemont dan empat menterinya.

Puigdemont sudah berada di sana sejak 30 Oktober tiga hari setelah Spanyol membekukan pemerintahannya (27/10/2017).

Keputusan Spanyol terjadi setelah parlemen Catalonia mendeklarasikan kemerdekaan.

Pengacara Puigdemont, Paul Bekaert menyatakan, belum ada keputusan yang dibuat Jumat.

"Kami masih mempersiapkan jawaban atas permintaan jaksa penuntut," kata Bekaert seperti dikutip dari The Independent.

Baca juga : Madrid Terbitkan Perintah Penahanan Internasional, Puigdemont Tetap Bertahan di Belgia

Bekaert melanjutkan, respon tertulis itu akan diajukan kepada pengadilan sebelum sidang kedua dilaksanakan 4 Desember mendatang.

Adapun pengacara dua menteri Puigdemont, Michele Hirsch berkata, dia bakal menggunakan hukum Uni Eropa (UE).

Secara terjemahan bebas, permintaan ekstradisi bisa dibatalkan jika diketahui adanya muatan politik di dalamnya.

Hirsch menjelaskan, referendum yang digelar 1 Oktober lalu bukanlah perbuatan kriminal. Melainkan opini politik dari masyarakat Catalonia.

"Opini itu sudah menjadi target dari pelanggaran demokrasi," kata Hirsch kepada kantor berita AFP.

Sementara itu, Perdana Menteri Spanyol, Mariano Rajoy, berkata bahwa dia menghormati proses hukum yang berlaku di Belgia.

"Apapun keputusannya, akan saya terima," ujar Rajoy di sela-sela pertemuan pemimpin UE di Gothenburg, Swedia.

Perdana Menteri Belgia, Charles Michel menambahkan, kasus yang terjadi adalah tentang usaha pemisahan Catalonia dari Spanyol.

The Independent mewartakan, pengadilan Belgia sudah menerima detil informasi dari Spanyol.

Meski begitu, tensi ketegangan sempat meningkat antara Spanyol dan Belgia.

Penyebabnya, Menteri Dalam Negeri Spanyol, Juan Ignacio Zoido menitikberatkan pernyataan "Spanyol adalah negara yang menjunjung tinggi hukum. Tidak boleh ada seorang pun yang boleh mengajari kami".

Baca juga : PM Spanyol: Jangan Biarkan Kelompok Separatis Menang di Pemilu Catalonia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke